Friday, March 16, 2012

Jus Ke Dua

Aylla dan Rifa
Setiap hari sehabis sholat magrib aku selalu rutin mengajak Rifa mengaji bersama. Sebelum membaca Al-Qur’an kita selalu melafalkan bacaan surat Al-Fatikah terlebih dahulu. Rifa baru berumur 9 tahun dan dia sudah sampai di Jus 2. Rifa belum belum terlalu banyak tahu tentang bacaan tajwit. Tapi setidaknya dia sudah bisa melafalkan ayat Al-Qur’an dengan benar, dikatakan benar jika yang mendengarkannya adalah orang-orang yang tidak terlalu mengerti tentang Tajwid. Aku mulai mengaji sama Rifa ketika dia masih Jus 1. Ketika itu aku masih membiarkannya membaca Al-Qur’an sebisanya, hanya sedikit tajwid yang dia mengerti, bahkan dia masih sering memutuskan tiap kalimat dengan seenaknya saja. Aku pun masih membiarkannya dan sedikit memberinya pengertian. Sekarang dia sudah jus 2 dan sekarang aku sudah mulai mengajarkannya
Rifa Mengaji
untuk membiasakan diri untuk berhenti dan memulai bacaan surat dengan benar, tidak diputus-putus sembarangan. Rifa memang anak pintar, diajari sebentar saja dia sudah mengerti dan bisa mengingatnyadengan baik. Tadi aku mulai mengajarkan dia tentang bacaan ikhfa’ yang membacanya harus samar-samar ketika ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ikhfa’. Rifa belum pernah mendapatkan pelajaran tajwit, meskipun dia sekolah di SD Islam, tapi dia masih duduk di kelas 3 jadi belum mendapat materi tajwid. Jadinya aku mengajarkannya sedikit demi sedikit dan dipraktekkan secara langsung dengan membaca Al-Qur’an. Rifa mudah mengingat semua yang ku beritahukan padaku. Bahkan ketika aku pernah salah melafalkan suatu ayat Al-Qur’an, Rifa pun tak enggan menegurku.
Kadang-kadang Rifa susah sekali untuk diajak mengaji, apalagi kalau dia lagi males. Hemmm!! Harus merayu dan membujuknya dulu. Yang namanya anak-anak pasti seperti itu, bukan hanya anak-anak, bahkan orang dewasa pun sering mengalami hal semacam itu. Disaat-saat ketika dia males seperti itu, mamanya pun ikut membujuknya. Tapi rifa malah menceletukkan kata-kata yang benar-benar sangat benar tapi itu juga tidak aku sangka sebelumnya. Dia bilang “Mbak Atih aja gak pernah ngaji, mama juga gak pernah ngaji. Tapi kenapa aku disuruh ngaji terus?”. Aku tidak menjawabnya dengan sepatah kata pun. *Mbak Atih adalah Mbaknya Rifa, namanya sebenarnya Ratih tapi Rifa sering memanggilnya Mbak Atih. Ketika mendengar kata-kata itu aku sadar kalau memang Rifa itu benar adanya. Tapi apa daya, aku pun tak pernah memberanikan diri untuk mengatakannya secara langsung pada mereka, dan uneg-uneg itu bisa tersampaikan lewat bibir mungilnya Rifa.
Setelah selesai menyimak bacaan Al-Qur’an Rifa. Biasanya aku juga akan melantunkan ayat-ayat suci itu sendirian, aku telah membaca sampai jus 9. Beberapa kali aku mengkhatamkan Al-Qur’an tapi aku masih merasa sering belum lancar dalam melafalkannya.  Tapi setiap hari aku selalu membaca, belajar dan berusaha untuk melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan tajwid yang baik dan benar. Selain hanya membaca aku berharap aku juga bisa menerapkan makna dibalik semua ayat-ayat yang kubaca sehabis magrib bersama Rifa di kehidupan sehari-hari.

4 comments:

Motivasi Islami said...

Mengingat kondisi yang carut-marut saat ini
Alhamdulillah masih ada yang peduli ngaji.
memang kemajuan di satu sisi pasti akan membawa kemunduran di sisi yang lain.
Seperti halnya kemajuan dalam hal teknologi sangatlah berdampak besar akan kurang diminatinya "Mengaji".
Harusnya tidaklah seperti itu, kita harus pandai-pandai membagi dan mengkaji waktu.
Semoga kegiatan dan kerajinanmu dapat menjadi cermin buat keluarga dan alam sekitarmu.
Amin...

Unknown said...

Aminnn.. dan terimakasih telah berkunjung di Blog saya

Unknown said...

senangnya lihat dek Rifa mengaji :)

Unknown said...

alhamdulillah pak guru ikut komentar