Novel Pertama |
Kamis sore 15 Maret 2012 aku jalan-jalan sama Rifa. Kalau biasanya aku pergi jalan-jalannya pake motor, kali ini aku jalan kaki. Berjalan kaki menyusuri jalan sepanjang gang. Sebenarnya aku memang sengaja ngajak Rifa jalan-jalan, rencanya udah dari kemarin tapi baru bisa tadi sore. Di sepanjang perjalanan aku berbincang-bincang kecil sambil sedikit membuat canda tawa. Rumahku berada di Kampung Baru gang 3, dan kita berjalan menuju ke gang 1. Disana aku memasuki sebuah rumah yang tidak terlalu besar, tapi bisa dibilang tidak terlalu kecil juga sich. Itu adalah Rumah Baca! Sebuah rumah yang terdapat berbagai macam jenis buku. Bisa dibilang seperti perpustakaan juga sich. Perpustakaan kecil dengan koleksi buku yang tidak terlalu banyak. Tapi ada banyak buku yang sudah langka disana.
Hari ini aku membaca sebuah buku yang ketika aku membaca sampul depannya, aku jadi teringat pelajaran Bahasa Indonesia waktu SMK yang judulnya “Robohnya Surau Kami”. Kata Mas Awe, Robohnya Surau
kami termasuk buku lama yang sudah tidak ada di toko buku. Yach memang sich, dilihat dari bahasanya bisa dilihat kalau itu termasuk tulisan lama. Cetakan ke 8 tahun 1996, sedangkan cetakan pertama tahun 1956. Kumpulan cerpen karya A.A Navis ini berisi 10 cerpen: Robohnya Surau Kami, Anak Kebanggaan, Nasihat-nasihat, Topi Helm, Datangnya dan Perginya, Pada Pembotakan Terakhir, Angin dari Gunung, Menanti Kelahiran, Penolong, dan Dari Masa ke Masa.
kami termasuk buku lama yang sudah tidak ada di toko buku. Yach memang sich, dilihat dari bahasanya bisa dilihat kalau itu termasuk tulisan lama. Cetakan ke 8 tahun 1996, sedangkan cetakan pertama tahun 1956. Kumpulan cerpen karya A.A Navis ini berisi 10 cerpen: Robohnya Surau Kami, Anak Kebanggaan, Nasihat-nasihat, Topi Helm, Datangnya dan Perginya, Pada Pembotakan Terakhir, Angin dari Gunung, Menanti Kelahiran, Penolong, dan Dari Masa ke Masa.
No comments:
Post a Comment