Saturday, November 3, 2012
CERPEN "Surat Buat Bunda 1"
Assalamu’alaikum wr.wb
Hallo Bunda, apa kabar? Semoga kabar baik selalu menyertaimu. Mama disini Alhamdulillah sehat dan baik. Bunda sayang, Mama kangen banget sama Bunda. Kira-kira, Bunda juga kangen nggak sich disana? Bun, sudah lama kita tak jumpa. Lama juga kita tak bersama-sama. Satu tahun lebih kita pisah. Aku kehilangan hadirmu Bun sayang. Gak ada yang meluk aku saat sedih. Gak ada yang menggandengku saat aku berjalan, gak ada lagi bahu tempatku bersandar.
Bun sayang, Mama kangen. Sangat kangen. Tiga tahun kita bersama-sama. Dalam suka, dalam duka, dalam sedih, dalam tawa, dalam bungah, dalam gundah, dalam tangis, dalam bahagia. Kamu selalu ada disisiku. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk melukiskan sebuah kisah. Persahabat yang kita jalin di hari keempat setelah berkenalan. Kamu masih ingat waktu itu bun? Semoga saja masih. Karena kali ini aku telah mengingatkannya.
Pertama kali kita bertemu. Masih ingat waktu itu bun? Ingat donk! Kamu pernah bilang kalau aku adalah cewek paling cerewet diantara teman-teman yang lain. Wajah cantik dan imutku bahkan mampu menyita perhatianmu. Hehehehe… Bukannya terlalu PeDe. Tapi kamu sendiri yang pernah bilang. Kita ketemu pertama kali pada hari Minggu, ketika pra MOS. Kamu berangkat telat bun. Dengan menggunakan setelan baju ala cewek pondok pesantren. Apalagi dilengkapi dengan celak yang menghias matamu. Duh duhh… pas banget tuh. Pertama kali ngeliat kamu. Yang aku pikirkan adalah “Anak ini pasti lulusan pondok pesantren”. Dari cara berpenampilan sudah kelihatan banget.
Hari pertama MOS berjalan cukup lancar. Hari kedua pun masih tetap aman sejahtera. Hari ketiga, benar-benar melelahkan. Setelah lelah berjalan mengelilingi Desa Bader kita masih harus membagi-bagikan beras dan mie ke warga Bader. Capeknya pun langsung polllll… Kaki pun jadi kemeng tiada terkira. Kamu ingat bun, waktu kita kembali dari membagi-bagikan beras. Kita berjalan beriring. Satu persatu orang melewati dan meninggalkan kita. Namun, dengan santainya kita tetap berjalan pelan. Aku memang santai-santai saja. Toh, acaranya udah kelar. Lagipula aku udah lelah dan pegel-pegel. Ternyata kamupun cuek seperti aku. Akhirnya kita ngobrol. Bla… bla… bla… bla… entah apa saja yang kita obrolkan saat itu. Aku sudah lupa! Setidaknya sejak saat itu kita mulai dekat.
Akhirnya persahabatan kita berlanjut. Kita selalu duduk berdampingan. Duduk dalam bangku yang sama. Selalu seirama. Dan bersama-sama. Pergi ke kantin bersama, ke kamar mandi bersama, ke kantor bersama, ke perpustakaan bersama, kecuali kalau dihukum. Kayaknya kamu lebih sering dihukum ya Bun. Kamu nakal sich!! Hehehe.. Bukan nakal. Tapi gak nurut sama guru. Hahahaha… sama aja!
Yang namanya orang selalu bersama tak mungkin selalu bahagia sejahtera. Tentu saja kita pernah diem-dieman berhari-hari. Tentu karena aku ngambeg. Diantara kita berdua yang gampang ngambeg kan aku.
Masih ingat nggak bun waktu aku ngambeg seminggu nggak ngmong sama kamu? Waktu itu setelah olahraga kita duduk di sebelah selatan perpustakaan. Utaranya gedung D atau gedung RPL yang baru waktu itu. Seperti biasa, kita duduk berdua bercengkerama, bersenda gurau, kita memang dekat, dan sangat mesra. Bahkan kalau orang pacaran laki-laki dan perempuan itu nggak pernah menunjukkan kemesraan di depan umum. Kita, dengan blak-blak’an melakukan apapun yang kita mau. Tapi, tentu saja kita normal. Meski banyak yang bilang kita nggak normal. Aku nggak peduli. Yang penting kita have fun aja. Nah, waktu kita lagi enak-enaknya bercengkerama. Tiba-tiba tanganmu itu sampai ke mukaku. Dan kukumu yang tajam-tajam seperti kuku ayam itu melukai hidungku sehingga membuatnya berdarah. Seketika itu juga aku nggak mau ngmong sama kamu. Selama seminggu kita tanpa suara. Meskipun sebangku tapi tak pernah ada pembicaraan diantara kita. Aku nggak mau ngmong atau pun berkomentar. Kamu tahu bun, waktu itu aku sangat kesal sama kamu. Kamu tentu sudah tahu kalau aku paling tidak suka dengan orang yang memiliki kuku panjang. Kenapa? Karena kuku panjang dapat melukai mataku. Melukai kulitku yang tipis. Sedikit kegores kuku maka kulitku akan terluka dan berdarah. Sebelum kejadian ini terjadi, aku sudah mewanti-wanti sebelumnya dengan menyuruhmu memotong kuku di jari-jarimu itu. Tapi tak pernah kau pedulikan.
Sebel bun. Aku sebenere mangkel. Setidaknya, kamu tahu kita itu sering bercengkerama seperti anak kucing. Dengan kukumu yang panjang itu tentu saja mudah melukai kulitku yang tipis seperti bayi. Tapi kamu tidak mau mengerti. Ya sudah lah, selama satu Minggu itu aku nggak mau ngmong sama kamu. Biarlah kita diem-dieman. Tak ada pertanyaan ataupun jawaban. Tak ada canda, tak ada keluhan, tak ada complain. Hanya ada diam.
Ketika kita berada dalam keadaan seperti ini. Aku sebenere tak tahan Bun. Aku sebenere pengen ngmong, tapi aku masih merasa mangkel sama kamu. Disebuah toko accesoris, aku melihat cermin imut berwarna ungu. Kita paling suka bercermin dimanapun tempatnya. So, setiap saat selalu bawa cermin kemana-mana. Lalu aku sengaja beli dua. Ingin aku berikan satu buat kamu. Meskipun saat itu kita sedang diem-dieman. Rencananya ingin ku berikan saat kita sudah baikan. Setidaknya aku sudah punya rencana untuk kembali ngobrol sama kamu.
Akhirnya setelah seminggu berlalu. Akupun memberikan cermin imut warna ungu kepadamu. Bersamaan dengan gantungan kunci kecil yang tulisannya entah apa gitu, aku udah lupa. Soalnya punya udah hilang bun. Pasti punyamu juga. Bahkan cermin imut itu pun sudah tiada berbekas lagi. Aku yakin, punyamu juga tinggal kenangan. Setelah kejadian itu, akhirnya hubungan kita membaik. Kembali mesra seperti sedia kala. Hehehe… Aku mengerti kalau kamu itu memang susah sekali diatur. Susah sekali dikasih tahu. Sebenarnya kuku panjang itu tidak hanya bermasalah denganku. Tapi juga dengan dirimu kan. Kamu jadi males nyuci, ntar takut kalau kukunya patah. Kukunya rusak. Uhh.. kuku panjang itu bikin jadi orang pemales dan hanya suka bersolek. Tapi, tak apa lah. Kalau kamu suka seperti itu. Aku menghargainya. Hanya saja, kamu harus lebih berhati-hati dengan kulit tipisku.
Bunda,,, aku benar-benar merindukan masa putih abu-abu kita dulu. Masa dimana kita lagi tumbuh menjadi remaja yang cantik. Dengan pesona dan daya tarik, kita bisa punya banyak fans. Huwahahahaha…. #FANS? Hahahaha…. Kita ini emank cewek-cewek #sensasional yang suka bikin #heboh. Setidaknya kita beda dari yang lain. Beda dari cewek-cewek yang lain. Mungkin kita suka menyendiri, hanya berdua. Tapi itu yang membuat orang-orang jadi memperhatikan kemersaan kita ini. Nah, bukankah kita ini aneh? Memang aneh. Tapi aku menikmati keanehan-keanehan ini. Aku gak suka ramai-ramai. Itu terlalu bising. #heboh sich. Tapi nggak bisa dinikmati. Berada di belakang kelas sambil ngambilin buah keres yang merah-merah lebih menyenangkan dibanding ngumpul di depan kelas sambil nungguin cowok yang bisa digodain bersama-sama dan dipermalukan di depan seluruh sekolah. Hahaha… Pasti kamu jadi ingat sama geng sebelah. Ya ya ya… Mereka memang #heboh. Tapi kita lebih #sensasional. Betul kan! Itu karena kita ini cewek-cewek imut tapi nekat. Senekat apa kita? Kayaknya ceritanya besok-besok lagi aja dech. Lain kali, aku akan bercerita lebih panjang lagi. Untuk lebih mengingatkan kenangan-kenangan kita di saat masih bersama-sama dulu.
Surat ini nggak wajib dibales. Tapi wajib dibaca. Semoga kita cepat dipertemukan ya bun. Oke, Bun sayang. Aku menyayangimu.
Wassalmu’alaikum Wr.Wb
Salam Manis
Dari Mama
Labels:
Catatan Perjalanan,
Cerpen,
Diary,
Remaja,
Teman-Teman
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment