Putih Abu-Abu Aylla Dan Bunda Ayuk |
Hae bunda. Malam Minggu gini aku hanya bisa sendirian di depan
rumah sambil memandangi bintang yang tak juga muncul di awan hitam. Bun
sayang, suratku yang tadi siang udah kamu baca kan? Gimana perasaanmu?
Kamu boleh ketawa. Boleh menertawakan kekonyolanku ini. Bukankah kamu
udah tau daridulu. Aku memang orangnya suka yang aneh-aneh. Aku gak suka
kalau banyak yang suka. Aku menyukai sesuatu yang jarang disukai orang.
Aku tidak suka sama. Aku suka berbeda. Karena yang berbeda itu yang
akan diperhatikan. Menjadi pusat perhatian adalah kesukaanku. Meski
kadang sebel juga sich. Kenapa orang-orang suka memperhatikanku. Bukan
PeDe, atau sok artis. Tapi kamu tau sendiri kan gimana orang-orang kalau
sama aku. Entah mereka iri, atau memang ngefans? Ah, aku nggak mau
peduli sama orang-orang yang berisik di luar sana. Yang penting kita
damai dan tentram ya bun.
Bun sayang, aku kangen sama kamu. Tapi, aku juga kangen berat sama
Mamy ndut. Mamy yang dulu selalu berangkat dan pulang sekolah sama aku.
Kalau nggak ada Mamy mungkin aku udah jadi mascot cowok-cowok yang suka
telat berangkat sekolah. Kebaikan hati Mamy tak kan mampu tertulis dalam
kata-kata. Setiap pagi Mamy dengan mionya selalu menungguku dandan yang
super lama dan super berantakan. Mungkin dia mengeluh dalam hati. “Udah
bonceng, tapi gak pernah tepat waktu.” Memang sich Mamy gak pernah
ngeluh. Mungkin dia sungkan, dan merasa gak enak sama aku. “Maaf ya Mam,
aku memang teman yang selalu menyusahkan.”
Oh iya bun, banyak teman kuliahku yang awalnya heran sama aku karena
memanggilmu Bunda. Dikiranya Bunda itu Mamah. Padahal Bunda itu kan
panggilan persahabatan buat sahabatku yang tercinta dan terkasih. Aku
sering nelpon kamu karena kamu pakai operator yang sama denganku.Untung
aja kamu udah putus sama si Tawar itu. Laki-laki yang dulu sangat kamu
cintai tapi sejujurnya aku tak suka. Bukannya dia merebut perhatianmu
dari ku. Bukannya dia mengambil seluruh rasa sayang yang kamu miliki
buatku. Tapi, dari awal aku sudah tau kalau dia tak pantas buatmu. Dia
tak baik buatmu. Tapi, kamu mencintainya. Kalau orang jatuh cinta, yang
selalu mereka katakan adalah “Cinta mengalahkan segalanya”. Ya Bun, aku
kalah dech kalau berdebat soal cinta. Aku gak pernah melarangmu,
meskipun aku nggak suka. Tapi akan selalu ku katakan “Bunda, aku tak
suka”. Terserah Bunda mau nurut sama aku atau nggak, yang penting aku
udah mengatakan kalau aku nggak suka. Dan pada akhirnya kalian berpisah
juga kan. Aku lega bun.
Kalau soal cinta aku memang kalah dari kamu bun. Aku terlalu cuek.
Terlalu nggak peduli. Sebenarnya aku pengen berubah bun. Aku ingin jadi
cewek manis yang gak jutek dan galak. Aku pengen jadi cewek yang bisa
memberikan perhatian lebih pada cowok. Dari dulu, udah berkali-kali
pacaran, tapi tak satupun yang bisa membuatku memperhatikan mereka. Aku
yang selalu dapat perhatian. Aku yang selalu dimanja, disayang,
diturutin apapun keinginanku. Tapi aku nggak bisa ngasih timbal balik ke
mereka. Jahat banget ya aku. Tentu kamu udah hafal kelakuan burukku
ini. Sampai sekarang masih belum berubah.
Mungkin, lebih baik aku nggak punya pacar bun. Kadang kasihan juga
sama pacarku. Punya pacar tapi nggak dianggep. Kalau dipikir-pikir
pacar-pacarku dulu itu mungkin terlalu bodoh. Kenapa bisa suka sama
cewek kayak aku. Sebenarnya sich aku nggak pernah merasa cantik. Bahkan
aku sering minder dengan keadaan diriku ini. Tapi entah kenapa ribuan
pujian selalu kudengar. Itu sedikit menghibur. Setidaknya aku bisa
merasa kalau aku itu nggak jelek. Meski tetep aja aku merasa nggak
cantik. Kadangkala satu cacian saja, mampu membuatku ngedrop. Aku jadi
merasa minder dan berkecil hati. Apalagi kalau yang menghinaku adalah
cowok. Uhh… seakan-akan aku berubah jadi upil. Tapi setelah tahu
pacarnya cowok yang menghinaku tidak lebih cantik dari aku. Langsung
dech, aku gak bakal berkecil hati. Bahkan aku bisa berdiri tegak dengan
kedua tangan, eh kedua kaki maksudku dengan sangat tegap. Ini sering
kita alami ya bun.
Aku masih sangat teringat akan kata-katamu bun. “Kamu belum pernah
merasakan rasanya sangat mencintai seseorang.” Nah, kalau berdebat
masalah cinta. Pasti aku langsung kalah kalau kamu mengatakan kata-kata
itu. Bukannya aku nggak pernah bun, aku hanya nggak ingin. Aku nggak
mau. Aku menghindari semua itu terjadi. Sangat mencintai cowok merupakan
sebuah kobodohan buatku. Aku nggak mau diperbudak cinta. Aku nggak mau
dibutakan cinta. Aku nggak mau berlebihan mencintai. Semua yang terlalu
itu akhirnya selalu menderita. Kamu tahu kan, aku ditinggal “B” dengan
wanita lain. Ketika aku merasa sangat mencintainya. Sampai setahun lebih
nggak mau pacaran. Nggak mau deket cowok. Aku selalu masang tampang
cuek, galak, jutek. Itu semua agar gak ada yang mau deket sama aku. Itu
ketika aku merasa muak sama laki-laki. Tapi sekarang aku udah sembuh
kok. Aku udah sadar. Lagipula aku juga udah punya banyak teman
laki-laki. Tapi… Kayaknya belum pengen pacaran lagi dech setelah sebulan
yang lalu putus.
Malam minggu ngmong masalah cinta memang tiada habisnya. Mamy udah
ada papy, kamu juga udah punya ayah. Aku…. Aku dengan siapa ya?
Bun, rasanya ingin sekali memelukmu. Dulu kalau lagi sedih, kamu lah
yang selalu ada di sampingku. Memegang tanganku. Memeluk tubuhku. Masih
ingat waktu aku habis putus sama Miko. Aku memintamu menginap dirumahku.
Malam harinya kamu benar-benar nggak bisa tidur gara-gara aku nangis
terus. Mungkin itu adalah tangisan terparah gara-gara putus sama cowok.
Padahal aku kan yang mutusin. Kesalahan juga ada di diriku. “Karena
terlalu cuek”. Disaat itu kamu yang mengusap air mataku yang terus saja
menetes berjam-jam. Tapi sayang, kamu nggak mau mengusap ingusku kok
bun. Hehehe…. Waktu itu hidungku yang pesek ini gak bisa nafas karena
buntu. Tapi, keesokan paginya kamulah yang membuat duniaku kembali
cerita. Kembali ke sekolah dengan nyanyian kebahagiaan.
Bersenang-senang, tertawa-tawa, semua kita lakukan bersama untuk
melupakan kesedihanku. Terimakasih bunda. Kamu memang sahabatku yang
sangat aku sayang.
Wah, gak terasa udah malem nich. Kayaknya cukup sekian suratku malam
ini. Besok, kita sambung lagi dengan cerita yang lebih sensasional
tentang kita. Selamat malam bunda sayang
Salam manis
Miss Mama
No comments:
Post a Comment