Thursday, March 29, 2012

BURUH DI RUMAH SENDIRI


Demo Kenaikan BBM
Akhir-akhir ini memang sedang marak penetangan kenaikan BBM di Indonesia. Banyak upaya yang dilakukan oleh rakyat untuk menentang itu. Melakukan demonstrasi adalah hal yang paling gencar dilakukan dimana-mana. Pelakunya sendiri di dominasi oleh para Mahasiswa.
Ribuan Mahasiswa di berbagai daerah memang sedang gencar-gencarnya melakukan demonstrasi menolak kenaikkan BBM. Unjuk rasa yang dilakukan sering ricuh. Aksi saling dorong dengan aparat keamanan sering berakhir anarkis.
Sebagian besar mahasiswa berdemo dengan menggunakan sepeda motor dan kendaraan bermotor lainnya. Mereka membuang gas sembari menyuarakan aspirasi mereka. Menolak kenaikkan BBM dari 4500 menjadi 6000. Namun, sadarkah mereka kalau yang dilakukan malah menghabiskan ribuan liter premium dalam melakukan aksinya? Dan hasilnya, pemerintah sama sekali tidak memperdulikan apa yang mereka lakukan. Karena bagaimanapun juga harga BBM tetap akan naik bulan April mendatang.
Aku baru mengerti kenapa BBM dinaikkan oleh pemerintah. Ketika aku membaca Koran Jawa Pos Edisi Selasa 27 Maret 2012. Aku sangat tertarik pada Rubrik Ekonomi Bisnis. Ada sebuah judul yang sangat menarik perhatian mataku untuk membacanya. Judulnya “Memahami Sistem Bagi Hasil Migas” catatan PRI AGUNG RAKHMANTO.
Pengusaha dalam negeri cenderung tidak mau investasi modal untuk membiayai eksplorasi minyak bumi. Dengan alasan investasi migas adalah padat modal, padat teknologi dan beresiko tinggi.
Selama ini memang pemerintah meminjam modal dari kontraktor. Sedangkan untuk membayar hutang tersebut Pemerintah melakukan bagi hasil dengan kontraktor. Keuntungan diberikan bukan dalam bentuk uang, melainkan bentuk barang (produksi migas).
Didalam catatan itu dituliskan tingkat produksi minyak saat ini 900 ribu per hari (bph), dengan pembagian keuntungan yang ada. Ilustrasinya adalah sebagai berikut. Sekitar 350 ribu (bph) harus diserahkan dulu pada kontaktor untuk mengganti biaya modal sekitar 35%. Sisanya sekitar 550 ribu bph, kemudian dibagi yaitu 467,5 ribu bph (85%) untuk pemerintah dan 82,5 ribu bph (15%) untuk kontaktor.  Dari 900 ribu bph produksi minyak, yang merupakan bph pemerintah sesungguhnya hanya sekitar 467,5 ribu bph, sedangkan kontraktor berhak mendapat sekitar 432,5 ribu bph. Dengan tingkat konsumsi minyak dalam negeri saat ini mencapai 1,2 juta barel per hari. Pemerintah harus mengimpor kurang lebih 732,5 ribu bph, baik dalam bentuk minyak mentah maupun BBM.
Memang benar kenaikan harga BBM sangatlah merugikan masyarakat, khususnya rakyat kecil. Bahkan sebelum harga BBM naik, beberapa bahan pokok telah naik sebelumnya. Ini sebenarnya bukan masalah baru untuk kita. Setiap BBM akan dinaikkan, masyrakat Indonesia akan selalu menentangnya. Khususnya para rakyat miskin. Dengan adanya kenaikkan BBM, akan disusul kenaikkan kebutuhan sehari-hari. Ini akan membuat kehidupan rakyat miskin semakin menderita.
Penderitaan rakyat Indonesia salah satunya disebabkan karena tingginya tingkat kebodohan. Seandainya saja, Negara kita dipenuhi dengan orang-orang yang cerdas dan pandai, pasti Negara tidak perlu menyewa kontraktor dari luar. Dan kita bisa menikmati limpahan hasil bumi kita tanpa membaginya dengan Negara lain. Masalah teknologi juga jadi masalah. Untuk kegiatan ekspolasri dan eksploitasi diperlukan teknologi yang canggih supaya hasilnya lebih maksimal. Selama ini rakyat Indonesia hanya menjadi buruh di rumahnya sendiri. Tragis bukan??

No comments: