Saturday, April 25, 2015

Menjaga Keindahan dan Kelestarian Desa Sale Kabupaten Rembang

Sale, banyak orang di dunia ini mengartikan kata itu sebagai diskon. Tapi kamu perlu tau, kalau Sale yang ku maksud adalah nama sebuah desa dimana aku dibesarkan. Sebuah kecamatan yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Banyak hutan jati yang lebat, gunung-gunung tinggi menjulang, udara yang sejuk dan masyaraktnya yang ramah-ramah. Desa sale merupakan bagian dari Kabupaten Rembang. Berada di wilayah paling ujung timur. Perbatasan dengan Jawa Timur, yaitu kabupaten Tuban.

Namun dibalik semua keindahan itu, banyak hal buruk yang sering terjadi. Saat hujan turun, atau bahkan cuma mendung saja sering kali listrik padam tiba-tiba dengan waktu yang cukup lama dan tanpa diketahui sampai kapan. Ibarat kata anak muda jaman sekarang, digantung! Sangat berbeda kondisinya dengan desa sebelah di Kabupaten Tuban, desa Jatirogo. Yang lebih maju dalam segala bidang. Tingkat ekonomi, pendidikan, hiburan dan kemakmuran. Memang harus diakui meskipun Sale berada didaerah yang cukup jauh dari kota. Namun cukup beruntung karena dekat dengan Jatirogo yang lumayan ramai. Mungkin kalaupun Jatirogo sama sepinya. Sale mungkin sangat primitif.


Sekalipun aku dibesarkan di Sale, tapi aku benar-benar nggak menyukai banyak hal disana. Dari lampunya yang sering padam tanpa pemberitahuan, berbagai masalah pemerintahan yang begitu korup. Beberapa waktu lalu Bupati Rembang ditahan karena Korupsi. Nah, kalau Bupatinya aja koruspi gimana bawahannya. Ya pasti bisa disimpulkan sendiri dong. Perkembangan banyak aspek benar-benar lambat, bahkan mungkin sama sekali nggak ada perkembangan. Dari aspek pendidikan, pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan sama sekali belum pernah ku dengar ada yang WOW. Semuanya biasa-biasa saja. Padahal tanahnya yang subur. Air yang melimpah. Laut yang luas. Untuk apa semua itu? Rasanya aku geram sekali. Bagaimana harus mengadu? Pada siapa aku mengadu? Di Bojonegoro saja, setiap warganya bisa mengadu dengan Bupati bahkan bisa secara langsung melalui media sosial, bahkan bisa dengan sms.

Aku ingin mengadu banyak hal, tentang listrik yang sering padam. Tentang jalan yang rusak parah. Diperparah karena sering sekali dilalui truk-truk pengangkut batu. Eksploitasi gunung yang semakin menjadi-jadi. Eksploitasi air dan hutan yang mulai habis. Melihat segala kenyataan yang ada itu aku merasa sedih. Segala keindahan, hasil alam yang terus menerus di eksloitasi tanpa henti hanya untuk mendapat keuntungan materi yang nggak seberapa. Dibandingkan kelangsungan kehidupan anak cucu mereka.

Aku memang nggak begitu tau tentang pemerintahan di Rembang. Karena setiap aku tau sesuatu pasti itu membuat aku sangat marah. Karena aku bukan siapa-siapa apalah arti marahku itu.

Setiap lembar kertas selalu aku hargai dengan baik. Aku tau, kertas berasal dari kayu. Sedangkan hutan sekarang sudah mulai habis. Meskipun banyak orang melakukan reboisasi di sana sini. Namun, hasilnya tidak sebanding dengan pohon yang tumbang setiap harinya ketimbang pohon yang tumbuh. Ini mengerikan!!

Bagaimana dengan eksploitasi gunung secara besar-besaran? Suatu saat gunung itu akan habis. Dimana gunung adalah salah satu tempat penyimapan air yang cukup besar. Kalau gunungnya habis, bagaimana bisa menyimpan air? Sedangkan pohon pun sudah banyak yang dieksploitasi. Pada dua dekade terakhir, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pemkab Rembang juga mengesploitasi air dari Sumber Semen yang ada di desa Tahunan menjadi bahan baku PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Rembang, Lasem, Pamotan, Pancur dan sekitar.Dampaknya aku pernah mendengar cerita dari Masyarakat ketika kemarau panjang tentu saja sawah-sawah di desa Tahunan sering mengalami kesulitan air. Lagi-lagi masyarakat miskin yang menjadi korban.

Aku takut, sangat takut dengan adanya ekploitasi hasil alam secara besar-besaran tanpa adanya regenarasi. Baru saja aku membaca sebuah buku berjudul "Totto - Chan's & Children" karya Tetsuko Kuroyanagi. Mengisahkan tentang anak-anak diberbagai negara yang mati karena kelaparan, gizi buruk, perang saudara, wabah penyakit dan lain sebagainya. Yang paling membuatku tercengah adalah faktnya di salah satu negara di benuar Afrika yaitu Nigeria mengalami Desertifikasi dengan jangka waktu yang relatif singkat.

Desertifikasi adalah tipe degradasi lahan di mana lahan yang relatif kering menjadi semakin gersang, kehilangan badan air, vegetasi, dan juga kehidupan liar. Akibat Desertifikasi di Nigeria dampaknya banyak orang dan hewan yang mati karena kelaparan. Tumbuhan pun tak mampu bertahan hidup. Gurun di Nigeria dulunya tak seluas sekarang. Perkembangannya begitu pesat karena pengaruh cuaca, lahan yang kering, pembabatan hutan tanpa reboisasi yang menyebabkan tanah kesulitan menyimpan cadangan air. Mereka kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan air kotor berlumpurpun mereka minum. Dan mereka sering kelaparan karena tak sulit sekali membuat pohon tumbuh di daerah yang panasnya bisa lebih dari 60 derajat celcius. Miris sekali!

Di kecamatan Sale memang tidak terdapat gurun. Dan masih memiliki hutan dan gunung yang cukup luas. Namun tentu saja, kalau semuanya di eksploitasi terus menerus tanpa adanya regenerasi tentu saja hasilnya akan semakin buruk keadaannya bagi penduduk setempat. Karena dampaknya akan terjadi pada anak cucu mereka kelak. Sebenarnya adanya hutan yang cukup luas berdampak bukan hanya bagi masyarakat disekitar tempat tersebut. Namun juga mempengaruhi daerah lain. Bahkan berpengaruh pada kehidupan di bumi ini. Pemanasan global yang sekarang ini terjadi salah satunya tentu karena berkurangnya jumlah hutan di dunia. Maka dari itu sayangi hutan, berhematlah menggunakan air bersih. Karena di luar sana masih banyak yang kekurangan air bersih. Masih banyak orang yang sering terkena banjir akibat tidak adanya hutan tempat resapan air.







No comments: