Monday, February 13, 2012

HEGEL

Georg Wilhelm Friendrich Hegel

… Hanya yang masuk akalah yang akan berumur panjang…

Georg Wilhelm Friendrich Hegel lahir di Stuttagrt tahun 1770, dan mulai belajar Teologi di Tubingen pada usia 18 tahun. Tahun 1799 dia bekerja dengan Schelling di Jena pada waktu Romantik mengalami pertumbuhan yang paling pesat. Setelah menjalani satu periode sebagai asisten professor di Jena dia menjadi professor di Heidelberg, pusat Romantisisme Nasional Jerman. Pada Tahun 1818 dia diangkat menjadi Profesor di Berlin, tepat pada waktu kota tersebut menjadi pusat spiritual Eropa. Dia meninggal pada tahun 1813 karena penyakit kolera, setelah ‘Hegelianisme’ berhasil mendapatkan pengikut yang sangat besar di hampir semua universitas di Jerman.
Ketika Hegel berbicara tentang ‘Ruh Dunia’ atau ‘Akal Dunia’ yang dimaksudnya adalah semua perkataan manusia yang mempunyai ‘Ruh’. Dalam pengertian ini, dia dapat membicarajan tentang kemajuan ruh dunia sepanjang sejarah. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa dia mengacu pada kehidupan manusia, pikiran manusia, dan kebudayaan manusia.
Hegel mengatakan ‘Kebenaran adalah sesuatau yang Subjektif’ dengan demikian menyangkal adanya ‘kebenaran’ tertinggi di atas atau di luar akal manusia. Semua pengetahuan adalah pengetahuan manusia.
Filsafat Hegel tidak mengajarkan apa-apa pada kita tentang hakikat batiniah dari kehidupan, tapi ia dapat mengajari kita untuk berfikir secara produktif. Hegel yakin dari kesadaran manusia berubah dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena itu tidak ada ‘kebenaran abadi’, tidak ada akal yang kekal. Satu-satunya titik pegangan dari filsafat adalah sejarah itu sendiri. Sejarah itu selalu dalam keadaan berubah, jadi bagaiman ia dapat dijadikan titik acuan?
Menerut Hegel sejarah itu seperti sungai yang mengalir. Setiap gerakan sekecil apapun dalam air di tempat tertentu di tentukan oleh jatuh dan berpusarnya air di hulu. Tapi gerakan-gerakan itu di tentukan oleh bebatuan dan liku-liku sungai pada titik dimana kamu mengamatinya. Dan sejarah pemikiran atau akal adalah seperti sungai. Pemikiran-pemikiran yang dicuci sepanjang tradisi yang telah lewat, serta kondidi-kondisi material yang ada pada waktu itu, ikut berpengaruh pada caramu berfikir. Karena itu kita tidak dapat mengatakan bahwa pemikiran tertenttu benar selama-lamanya. Tapi pemikiran tertentu benar dimana tempat kita berdiri,
Tapi beberapa hal bisa jadi benar atau salah dalam kaitan dengan suatu konteks sejarah tertentu. Tidak lebih dari 100 tahun yang lalu tidak dianggap sebagai tindakan yang keterlaluan jika kamu membakar habis sebidang hutan untuk diolah tanahnya. Tapi tindakan itu akan benar-benar dianggap keterlaluan sekarang. Kita memiliki dasar yang sama sekali berbeda.

4 comments:

HeruLS said...

Sudah agak lumayan untuk sebuah tulisan perkenalan.
Salut.

Unknown said...

makasih mas Heru

Nyanyian Sunyi said...

Aristoteles pernah ngomong di kitabnya

"Orang BESAR bicara IDE,..orang sedang/biasa bicara MASA LALU, ..orang bodoh bicara impian dan hayalan,..Dan yang tidak bicara apa-apa adalah orang SIAL !
Salam n sallllluuut.

Unknown said...

Nak Sampean itu termasuk orang yang mana mas??