Om Praw Memperkenalkan Sebuah Buku |
Jauh-jauh hari aku sudah berdoa dan berharap untuk bisa mengikuti Kelas Menulis di sanggar Guna bersama teman-teman Blogger Bojonegoro. Dan ternyata doaku terkabulkan. Rencanaya Aku dan keluarga pergi ke Surabaya ditunda Minggu depan. Asyiiiiiiiiiiiikkk!! Dan keinginanku untuk mengikuti kelas menulis hari ini bisa terpenuhi. Minggu lalu Aku tidak bisa ikut karena pergi ke Karanganyar bersama teman-teman STMIK Duta Bangsa Surakarta untuk mengikuti Outboand. Itu adalah pertama kalinya aku Absen di Kelas Menulis sejak aku aktif di acara yang dilaksanakan di Sanggar Guna itu.
Minggu ini berbeda dari biasanya lho, Aylla kali ini pergi bersama dengan seorang anak usia 9 tahun yang sangat cantik. Siapa lagi kalau bukan Rifa! Seperti biasanya, sebelum ke Sanggar Guna Aku selalu pergi menuju Option Net. Ketika Aku keluar dari rumah menuju Garasi untuk mengambil motor mio ku, HP ku bergetar dari dalam tas hitam yang ku cangklong. Sesegera mungkin Aku mengambil si HP mungil dan membuka sms yang barusan masuk. Ternyata sms itu datangnya dari Mas Djuna, menanyakan apakah Aku mau ikut kelas menulis atau tidak, karena sudah ditunggu di Option Net. Aku hanya membalas pesan itu
dengan singkat “Ok”. Aku pun mengendarai Mio mungilku bersama Rifa yang mengenakan baju orange seperti kulit buah jeruk di depanku. Panas matahari mengenai seluruh permukaan tanganku yang tak tertutupi oleh baju ku. Meskipun aku mengenakan baju lengan panjang, tapi tanganku ada yang masih belum tertutupi, rasa panasnya begitu menyengat bahkan rasanya kulitku seperti di panggang di dalam oven bersuhu 45 derajat celcius. Tidak hanya kedua tanganku yang serasa kebakar. Aku juga merasakan panas di kaki-kaki ku yang hanya beralaskan sandal jepit berwarna ungu yang tingginya sekitar 5 cm. Dalam hati terbesit rasa menyesal karena tidak pakai kaus stoking untuk kedua kaki ku itu. Terlihat di sekitar rel kereta api di dekat lampu merah kendaraan begitu banyak dan membuat jalan sedikit macet, membuat kulitku semakin merasakan panasnya sinar matahari pukul setengah 10 pagi itu. Begitu banyak orang yang lewat jalan itu. Tidak hanya kendaraan bermotor, namun juga para pengendara sepeda ontel. Khususnya para remaja yang sedang menikmati hari Minggunya dengan mengahiskan waktu pagi dengan berkeliling kota dengan mengayuh sepedanya. Aku melihat para Remaja putri yang mengendarai sepeda ontel itu kebanyakan mengenakan celana pendek, pendek sekali. Ketika itu Aku sedang merasakan teriknya panas matahari di pagi yang beranjak siang itu sangat menyengat ke kulit ari ku. Padahal Aku mengenakan pakaian Panjang, hanya sebagian kecil dari tubuhku yang bisa terkena teriknya mentari. Itu saja Aku sangat merasa kepanasan serasa di dalam Oven kue Nastar. Apalagi jika Aku mengenakan seperti apa yang remaja putri itu kenakan. Hemmm!! Gak bisa membayangkan bagaiman rasanya tubuhku ya? Mungkin udah seperti ayam yang di bakar di atas arang panas yang disampingnya terdapat kipas angin yang terus menyala dan seoarang yang mengipas-ngipas ayam itu secara terus menerus sampai ayam itu berwarna kecoklatan karena di panggang di atas arang panas. Hummm!! Sambil berlalu Aku meninggalkan pemandangan yang sekilas ku lihat itu. Sedikit tergesa-gesa Aku melewati rel kereta api itu, karena dari kejauhan terlihat kalau warna lampu merah itu akan segera berganti warna hijau. Namun, akhirnya Aku bisa sesegera mungkin melewati pertigaan jalan tersebut.
dengan singkat “Ok”. Aku pun mengendarai Mio mungilku bersama Rifa yang mengenakan baju orange seperti kulit buah jeruk di depanku. Panas matahari mengenai seluruh permukaan tanganku yang tak tertutupi oleh baju ku. Meskipun aku mengenakan baju lengan panjang, tapi tanganku ada yang masih belum tertutupi, rasa panasnya begitu menyengat bahkan rasanya kulitku seperti di panggang di dalam oven bersuhu 45 derajat celcius. Tidak hanya kedua tanganku yang serasa kebakar. Aku juga merasakan panas di kaki-kaki ku yang hanya beralaskan sandal jepit berwarna ungu yang tingginya sekitar 5 cm. Dalam hati terbesit rasa menyesal karena tidak pakai kaus stoking untuk kedua kaki ku itu. Terlihat di sekitar rel kereta api di dekat lampu merah kendaraan begitu banyak dan membuat jalan sedikit macet, membuat kulitku semakin merasakan panasnya sinar matahari pukul setengah 10 pagi itu. Begitu banyak orang yang lewat jalan itu. Tidak hanya kendaraan bermotor, namun juga para pengendara sepeda ontel. Khususnya para remaja yang sedang menikmati hari Minggunya dengan mengahiskan waktu pagi dengan berkeliling kota dengan mengayuh sepedanya. Aku melihat para Remaja putri yang mengendarai sepeda ontel itu kebanyakan mengenakan celana pendek, pendek sekali. Ketika itu Aku sedang merasakan teriknya panas matahari di pagi yang beranjak siang itu sangat menyengat ke kulit ari ku. Padahal Aku mengenakan pakaian Panjang, hanya sebagian kecil dari tubuhku yang bisa terkena teriknya mentari. Itu saja Aku sangat merasa kepanasan serasa di dalam Oven kue Nastar. Apalagi jika Aku mengenakan seperti apa yang remaja putri itu kenakan. Hemmm!! Gak bisa membayangkan bagaiman rasanya tubuhku ya? Mungkin udah seperti ayam yang di bakar di atas arang panas yang disampingnya terdapat kipas angin yang terus menyala dan seoarang yang mengipas-ngipas ayam itu secara terus menerus sampai ayam itu berwarna kecoklatan karena di panggang di atas arang panas. Hummm!! Sambil berlalu Aku meninggalkan pemandangan yang sekilas ku lihat itu. Sedikit tergesa-gesa Aku melewati rel kereta api itu, karena dari kejauhan terlihat kalau warna lampu merah itu akan segera berganti warna hijau. Namun, akhirnya Aku bisa sesegera mungkin melewati pertigaan jalan tersebut.
Sesampainya di depan Option Net Aku mengetikkan pesan kepada Mas Djuna untuk segera berangkat. Namun terlihat di kursi operator terdapat Dedek yang masih serius dengan Komputer yang ada di depannya itu. Beberapa menit duduk di atas sepeda motor membuatku gak sabar menunggu mereka. Akhirnya Aku meninggalkan Rifa untuk masuk ke dalam. Ehh!! Si Rifa ingin ikutan masuk ke dalam juga. Pintu belum sempat ku dorong, Aku berteriak sama Rifa untuk mengambil Kunci motor yang masih menempel di motor. Aku pun masuk bersama Rifa, dengan mendorong sebuah pintu kaca tebal yang terdapat tulisan “Dorong” tertempel di dinding pintu tersebut. Dengan senyum lebar aku menuju menghampiri Mas Djuna yang sedang asyik dengan laptopnya. Di sisi lain, Dedek segera pergi kebelakang karena mengetahui kedatanganku. Ternyata Dedek belum mandi. Padahal sudah pukul setengah 10. Sudah telat 30 menit bisa-bisanya dia belum mandi. Ketika Mas Djuna pergi kebelakang, Aku pun duduk di depan Laptopnya. Ku buka Mozilla Firefox dan segera ku ketikkan tulisan Facebook.com loadingnya lama bangetttttt!! Gak sabar nunggunya. Katanya pake paket teman pintar, seminggu 10rb tapi lambat banget dech. Sampai Mas Djuna kembali, Aku bahkan belum bisa membuka Facebook.com lemooooooooooott!! Bener-bener dechhh!!
Jam 10 kurang 10 menit Dedek sudah keluar dari kamar mandi dengan senyuman kecilnya yang tersunggih di bibirnya. Aku pun segera menarik pintu yang tadi harus ku dorong ketika Aku akan masuk kedalam. Aku mendahului bersama Rifa nangkring di Mio hitamku. Seperti biasanya, Rifa berdiri di depanku tanpa ragu-ragu. Beberapa menit kemudian Mas Djuna menaiki Motor merahnya yang gagah itu disusul dedek dengan Baju Blogger Bojonegoro dan Celan pendek se lutut. Letak Option Net memang dekat dengan pertigaan Jambean yang disitu ada sebuah lampu merah yang setiap hari menyala begantian warna dalam waktu tertentu bisa merah, bisa kuning, bisa hijau. Akhirnya warna hijau pun menyala, Aku pun bergegas mengendarai tanpa ragu untuk melewati pertigaan yang lalu lalang di penuhi kendaraan. Namun di tengah-tengah pertiggaan itu, Mas Djuna menyalakan Klakson motornya, seketika itu Aku langsung kaget dan sedikit deg-deg’an. Alhamdulillah aku masih bisa konsentrasi dengan kendaraan yang aku tumpangi dari tadi.
Masuk di sanggar guna, sudah ada banyak motor terparkir di bawah pohon keres. Terlihat 2 anak perempuan yang sedikit ragu-ragu untuk memasuki Sanggar Guna. Namun, kita segera meyakinkan kalau salah satu temannya sudah berada di dalam. Mereka adalah salah satu Muridnya Om Praw yang duduk di kelas X, di SMAN 2 Bojonegoro. Teman mereka bernama Olive, Aku masih ingat siapa itu Olive, Dia adalah salah satu pemenang lomba menulis “Surat Untukmu Guruku” yang diselenggarakan oleh Blogger Bojonegoro untuk memperingati hari guru. Kami pun masuk bersama-sama di sanggar guna. Semua sudah berkumpul disana, terlihat Om Praw berada di tempat yang paling depan, dan ternyata kali ini beliau berperan sebagai seorang pembawa acara. Kalau bahasa kerennya sich “Host”. Kamu pasti sering melihat tulisan itu di TV kan? Karena Aku pun tahu kalau istilah Host itu berarti pembawa acara dari Televisi juga.
Hari Minggu 12 Februari 2012 kali ini ternyata kedatangan tamu istimewa. Penulis Asli Bojonegoro yang telah menerbitkan berbagai cerpen maupun Novel. Beliau bernama “Yonathan Rahardjo”, seorang penulis beragama Kristen itu ternyata mengetahui tentang “Asmaul Husna” milik Allah. Meskipun Aku tak yakin kalau beliau Hafal 99 nama-nama tersebut, namun setidaknya beliau mengetahui kalau Al-Muchsin itu adalah nama asmaul husna Allah.
No comments:
Post a Comment