Library |
Sebenarnya aku tak pernah menyangka bisa berjumpa
lagi dengan seorang wanita yang sungguh luar biasa. Namanya Mbak Sekar. Dulu
aku pernah ketemu ketika ada acara diskusi perpustakaan kota seluruh wilayah
Bojonegoro di MCM.
Malam ini aku bersama Rifa pergi ke Rumah Baca untuk
membantu persiapan acara Workshop Menulis
Feature Dan Fiksi yang akan di mulai besok pagi jam 9. Mempersiapkan Id
card, buku-buku, pulpen, map, sedangkan Mas Tohir masih didepan laptop dengan
desain gambar untuk baner besok.
Aku ikut berkumpul yang lain di ruang utama bersama
ratusan buku yang berjejer-jejer di atas rak. Tiba-tiba Mbak Sekar menegur Awe.
“Eh.. kamu gak liat tuh ada anak kecil? Merokok kok
di depan anak kecil! ” dengan nada menyindir tapi blak-blakan.
Spontan Awe langsung melemparkan putung rokok yang
masih panjang keluar rumah. Nyala api rokok itu langsung padam seketika karena
aspal itu masih basah terkena air hujan satu jam yang lalu.
“Oh, ya ada anak kecil ya?! Aku lupa!!” Sambil masang
tampang merasa tidak bersalah. Tiba-tiba Awe memperkenalkan aku di depan Mbak
Sekar. Mungkin Mbak Sekar sudah lupa kalau kita sudah pernah ketemu sebelumnya.
“Ini anak IT mbak!” Mata Awe yang dengan sengaja
menatapku sambil tersenyum.
“Ayahnya Mbak Sekar kan orang IT juga toh! Jadi kamu
bisa Sharing sama Mbak Sekar Ay” Ucapan Awe masih saja di sertai senyuman.
“Iya, itu kan ayah, saya sendiri tidak tahu, oh
bukannya tidak tahu. Tapi tidak terlalu mengerti tentang dunia IT.” Jawab mbak
Sekar.
“Oh gitu!” tanggapan Awe sama sekali tidak berbobot.
Ringan seperti kapas bertebaran kesana-kesini.
“Kalau saya suka sharing
sama ayah kalau sedang bermasalah dengan dunia IT. Jadi kalau ada masalah,
pasti langsung tak lemparkan ke ayah saya.” Tambah Mbak Sekar.
“Kalau saya sendiri, kalau bermasalah dengan motor
pasti tak lempar ke ayah”
“Apa? Ayah mau mbuk
lempar motor? Hebat donk! Kayak Herkules ya Ay, ayahmu itu?” Celetus Awe
membuat ruangan penuh gelegar tawa.
Mbak Sekar tinggal di Bojonegoro hanya sampai bulan
Juni. Jadi setelah itu dia kembali ke Jakarta lagi. Malam ini Mbak Sekar banyak
bercerita tentang Perpustakaan yang di kelolanya. Dia bilang “Perpustakaan itu
bukan kuburan!”
Aku langsung tersentak mendengar pernyataan dari
mbak Sekar. Lalu dia memberi penjelasan lebih lanjut untuk pernyataanya itu.
“Perpustakaan identik dengan suasana sepi dan sunyi.
Bahkan hampir mirip seperti kuburan. Di perpustakaan yang saya kelola, semua
orang boleh berbicara. Semua di bebaskan dilakukan di perpustakaan. Yang tidak
boleh adalah telanjang bulat di perpustakaan. Tapi, kalau pun dia mau telanjang
juga silahkan saja.” Hanya orang gila yang mau telanjang di perpustakaan.
Bahkan anak kecil sekalipun tetap mengenakan pakaian ketika berada di
perpustakaan. Ibunya takut kalau anaknya masuk angin. Mbak Sekar semakin banyak
bicara.
“Kalau dulu perpustakaan di buat bersekat-sekat.
Satu sama lain tidak bisa melihat apa yang sedang dibaca oleh temannya. Kalau
sekarang, sama sekali tak ada sekat yang memisahkan para pengunjung perpustakaan.
Interaksi dengan pengguna lain. Sesama pembaca bisa diskusi tentang buku yang
dibacanya. Sekarang, perpustakaan memang digunakan sebagai ajang diskusi
masyarakat.”
Apa yang dikatakan memang benar, meskipun ada
sedikit yang tidak aku setujui. Memang sekarang perpustakaan semakin ramai
saja. Contohnya Rumah Baca Bojonegoro, banyak kegiatan yang dilaksanakan
disana. Diskusi buki, diskusi masalah-masalah filsafat, ekonomi, politik,
budaya, dan masih banyak topik yang dibicarakan. Arisan buku sudah rutin dilaksanakan
sebulan sekali. Meskipun selama aku
gabung di Sindikat Baca aku belum pernah mengikuti arisan buku karena
keterbatasan waktu. Yang sering dan rutin ku ikuti adalah bengkel menulis
setiap hari Sabtu jam 11.00 sampai 13.00 bersama Mas Nanang (Wartawan Sindo).
Mbak sekar mengatakan kalau di perpustakaan yang
dikelolanya anak kecil bebas bermain, tidur, bahkan teriak-teriak di
perpustakaan.
“Perpustakaan tempat kita have fun. Dimana kita bisa merasa sangat nyaman berada di kumpulan
berbagai macam ilmu pengetahuan. Awalnya anak-anak yang bermain di Perpustakaan
tak suka dengan buku. Tapi, kalau lama-lama berada di tumpukan berbagai macam
buku pasti mereka akan tertarik dan mulai membacanya. Tak hanya anak-anak,
semua orang juga akan merasakan hal yang sama ketika berada di perpustakaan.”
Pernyataan dari Mbak Sekar semakin menarik
perhatianku. Sungguh pemikiran yang sangat aku sukai. Sangat jauh dari
pemikiran Mama. Mama sama sekali tak menyukai jika aku membaca buku. Hanya buku
pelajaran yang diperbolehkan untuk ku baca.
Kalau perpustakaan bising. Apakah kita bisa konsen
dengan bacaan di depan kita? Itu yang jadi ganjalan. Ketika aku dirumah baca,
tak pernah aku bisa konsen membaca buku. Aku lebih suka berdiskusi bersama
teman-teman yang ada di rumah baca. Buku yang sepertinya menarik aku bawa
pulang dan ku baca dirumah.
Tempat Kejadian
: Rumah baca, Jl. Munginsidi Gg.01
Kampungbaru (Selatan Istana FM), Sukorejo Bojonegoro.
Waktu Kejadian :
Jum’at, 4 Mei 2012 Pukul 20.00 – 21.30 WIB
No comments:
Post a Comment