Pembukaan workshop menulis diadakan di Rumah Baca Jl.
Munginsidi Kampung Baru Gg. 01 Ds. Sukorejo Kab. Bojonegoro. Kata-kata
pembukaan disampaikan oleh Mas Awe. Workshop Menulis features dan fiksi kali
ini membahas tentang menulis features oleh Mas Nanang Fachrudin, seorang
wartawan sindo dan sekaligus salah satu pendiri Rumah Baca Bojonegoro.
Dari kecil kita sudah diajari untuk membaca dan
menulis atau biasanya disingkat tulmenul.
Tahun 1700, penduduk Negara Jepang telah terbebas dari buta huruf. Sedangkan di
Indonesia sampai sekarang masih banyak sekali orang yang belum bisa baca tulis.
Meskipun dari TK anak-anak sudah banyak yang bisa membaca dan menulis tapi
ternyata di Indonesia ini masih banyak yang buta huruf.
Pertanyaan dari Munir
“Apa perbedaan dari opini, berita, feature, dsb?”
Jawaban yang disampaikan oleh Mas Nanang adalah
sebagai berikut,
Berita dibagi menjadi 2 macam, hardnews dan feature.
Berita merupakan produk jurnalistik yang ditulis berdasarkan fakta yang ada,
tanpa membubuhkan opini atau pendapat dari wartawan. Ketika menulis berita,
seorang wartawan harus bisa menyampaikan realitas yang ada. Sebuah berita harus
ada narasumber untuk memperkuat sebuah tulisan. Bahkan seorang wartawan harus
bisa melindungi narasumber. Dan itu sudah di atur di Undang Undang.
Opini/Artikel berdifat subjektif, dan bebas. Jika ingin menulis
untuk media massa, opini/artikel harus memperhatikan tata bahasa. Opini
bersifat lebih ilmiah dibandingkan dengan Essay,
lebih memperhatikan tata bahasa, dan ditujang oleh data-data.
Essay adalah tulisan dari pemikiran manusia, tetapi tetap
santai. Seperti tulisan yang ditulis di Blognya Mas Nanang terdapat tulisan
Essay, yang judulnya Tuhan Saya Izin
Korupsi, Lampu Merah Cap Indonesia.
Tidak hanya kopi saja yang mempunyai rasa. Sebuah
tulisan mempunyai rasa yang berbeda-beda. Tergantung pada selera dan kesukaan
masing-masing.
Frank Marknis filosof berkebangsaan Jerman mendirikan STF (Sekolah
Tinggi Filsafat) mengatakan : Ketika mencari sebuah berita, media yang
digunakan tak harus netral, dan harus berpihak.
Seorang penulis yang baik adalah penulis yang juga
bisa menjadi pembaca yang baik. Menulis bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi
juga untuk orang lain. Ketika kita menulis, bayangkan kalau kita juga menjadi
pembaca tulisan kita sendiri. Tulisan yang tidak mudah dipahami tak akan
disukai pembaca.
Kegiatan menulis tak pernah lepas dari kegiatan
membaca. Membaca seperti sebuah nutrisi vitamin ketika sedang menulis. Seorang
penulis pasti suka membaca, meskipun yang suka membaca jarang yang suka
menulis.
Ketika seseorang sudah mulai menikmati kegiatan
menulis, maka dia akan merasa ketagihan. Setiap kejadian yang dia alami pasti
selalu ingin di tulis. Menulis adalah kegiatan yang menyenangkan. Orang yang
pintar, cerdas, dan memiliki IQ tinggi tapi tak pernah menulis, dia hanya akan
ditelan jaman tanpa meninggalkan bekas.
Sering dijumpai di rumah-rumah penduduk sebuah
televisi bertengger di meja. Tapi sangat jarang sekali buku-buku dipajang
diruang tamu dalam suatu rumah. Membaca kadang-kadang dianggap sebagai hal yang
membosankan. Padahal banyak sekali manfaat membaca. Ada beberapa tips dari Mas
Nanang untuk menumbuhkan minat membaca :
1.
Mencari tujuan
atau alasan untuk membaca.
2.
Mengandaikan
kalau buku adalah sesuatu yang menyenangkan.
Semua orang punya kesukaan buku yang berbeda-beda.
Dan tak pernah bisa dipaksakan orang lain. Karena selera orang itu tak sama
satu sama lain. Jadi, pilih saja buku yang kira-kira cocok dan menarik untuk
kamu.
3.
Membangun
Komunitas Membaca
Bersama orang-orang yang suka membaca akan meningkatkan
minat baca kita pada suatu buku. Ketika kamu berada di suatu komunitas dan kamu
sama sekali tak tahu apa yang sedang dibicarakan. Pasti kamu akan merasa bosan,
bahkan minder dengan teman-temanmu yang lain. Mau tidak mau, kamu pasti akan
ikut untuk membaca dan membaca.
4.
Memaksakan Diri
Membaca
Seperti halnya menulis, membaca juga harus dipaksa.
Kadang-kadang perasaan malas selalu melanda badan. Namun, kita harus memaksakan
diri untuk memulai sesuatu khususnya membaca. Karena dengan memulai untuk membaca,
kita akan menikmati betapa asyiknya membaca.
Semua tulisan harus bersifat persuasif, bisa
mempengaruhi pembaca untuk tertarik membaca tulisan kita. Menulis adalah media
komunikasi yang dilakukan tanpa bertatap muka tapi bisa menyampaikan seluruh
isi hati dan pikiran.
Aylla Bergaya |
No comments:
Post a Comment