Menunggu Kereta Lewat |
Tadi pagi, waktunya semua berangkat sekolah.
Tiba-tiba datang tamu untuk PakDe. Seorang laki-laki setengah baya beserta
seorang wanita muda mendatangi rumah. Belum ada jam 7 pagi mereka sudah mertamu
di rumah orang. Sepertinya memang sedang ada kepentingan dengan PakDe. Tapi
kepentingan mereka membuat PakDe gak bisa ngantar Rifa berangkat ke sekolah.
Aku yang sedang menelpon Mas Irul dikamar tiba-tiba
dipanggil Ibuk. “Mbak, adik’e anter sekolah ya!?”
“Oh, iya Bude” Jawabku, dan langsung menghentikan
pembicaraanku di telepon. Tak ku ganti baju. Hanya saja, ku pakai switer warna
ungu. Tak ku kenakan jilbab, ku pikir hanya sebentar. Aku pun langsung
mengambil kontak motorku yang bergantungkan souvenir dari Sanggar Guna. Aku pun
mulai menstarter.
Seperti yang pernah
ku takutkan sebelumnya, dan tak pernah ku harap itu terjadi lagi. “Ha? Mogok
lagi? Gak bisa di starter lagi? ” Ini
mimpi buruk!!
Kenapa kejadian malam itu terulang kembali.
Untungnya kok masih dalam keadaan dirumah. Kalau dijalan? Bisa mati berdiri
aku! Ini bener-bener ngeselin. Lebih ngeselin lagi pas malam itu.
Entah hari apa itu, beberapa Minggu yang lalu aku
disuruh ngambil bedak dirumah BuDe Tik sekalian mau beli terangbulan. Di tengah
jalan, semua berhenti. Plang di sisi kanan dan kiri rel diturunkan. “Huhft…
Akan ada kereta lewat Fa!” Gumamku pada Rifa.
Semua orang menghentikan laju motor. Dan aku pun
ikut berhenti. Karena Kereta itu lama banget, akhirnya ku matikan motor.
Beberapa menit kemudian Kereta melewati rel-rel kereta api. Dan Plang
penghalang itu mulai di naikkan kembali. Semua pengendara motor maupun mobil
mulai menggerakkan kendaraannya masing-masing. Sedangkan aku pun begitu. Namun
naas, apalah harus dikata. Ketika mulai ku starter motor kembali. Tak mau nyala
motorku. Ku geser kontaknya, ku kembalikan lagi. Ku pencet gasnya. Tak juga
motorku mau menyala.
“Mungkin bensinnya habis Mbak?” Tanya Rifa padaku.
“Iya, mungkin saja. Soalnya tadi mau tak belikan
bensin tapi belum sempat.” Sembari ku pinggirkan motorku yang menghalangi jalan
pengendara lain di belakangku.
Nasib baik masih menghampiri kita. Ternyata 5 meter
di belakangku ada penjual bensin eceran. Aku langsung mengambil uang 10 ribu di
saku celana dan menyerahkannya pada Rifa untuk membelikannya pada bensin. Aku
isi 1 liter saja, jadi kembaliannya 5rb. Untung saja aku sudah persiapan bawa
uang. Setelah bensin ku isi. Aku starter kembali motorku. “Masih nggak bisa?”
“Beneran gak mbak??” Tanya Rifa.
“Ya beneran lah!” Jawabku sambil sedikit bingung.
“Mungkin jagangnya
mbak?”
“Ya nggak mungkin Fa, ini Mio! Bukan motor Honda.
Kalau punyamu ya gak bisa kalau jagangnya
belum di benerin.”
“Lha terus kenapa ini Mbak??”
“Ya nggak tahu, mungkin Akinya!” Jawabku dengan nada agak cemas.
“Fa, telfon Papa donk” Pintaku sambil sedikit
memelas.
“Kamu saja yang telfon!”
“Aku beda operator Fa, nanti mahal.”
“Lho, HP ku lowbat. Sambil menunjukkan HPnya dalam
keadaan mati.”
Meskipun sebenarnya aku tahu kalau Rifa itu
berbohong. Tampak dari wajahnya yang senyum-senyum.
“Ya sudah, sms Mbak Ratih saja kalau begitu.”
Langsung ku pegang HP dan mengirim sms ke Mbak Ratih.
Menunggu Di Atas Motor Mogok |
Sebenarnya ada pacarku yang bisa ku mintai tolong.
Dia baru akan pulang kerja. Ku ketahui dari sms yang dikirim untukku beberapa
menit sebelumnya. Lagian, dia juga bakal melewati jalan dimana tempatku
sekarang berdiri. Tapi, apalah arti permintaanku. Tau apa dia tentang motor.
Bukan lulusan SMK jurusan Otomotif dan sepertinya sama sekali tak tahu menahu
tentang dunia perbengkelan. Jadi, sia-sia saja kalau aku minta tolong padanya. Pacar
tak berguna!, Gumamku dalam hati.
Mbak Ratih datang beserta Mbak Rika yang mau menuju
ke Terminal. Aku dan Rifa nunggu lama. Akhirnya aku gak sabar. Lalu ku putuskan
untuk pergi ke bengkel terdekat. Ku tuntun motor bagaikan menuntun keledai di
tepi jalan. Tinggal 10 meter lagi sampai di Bengkel. Berhentilah 2 orang pemuda
yang sama sekali tak tampan menurutku. Mengenakan jaket kulit yang didalamnya
terdapat kemeja warna polos. Dilengkapi dengan tas yang ditaruh di samping
punggung mereka. Bisa ku tebak, mereka adalah pegawai Bank, koperasi, atau
semacamnya itulah.
“Kenapa motornya Mbak? Bannya kemps?” Pemuda yang di
bonceng bertanya padaku.
“Ndak mas, Ini mogok.” Aku jawab dengan nada
memelas.
“Lha rumahnya jauh?” Tanya nya lagi padaku.
“Nggak kok. Dekat. Di dekat Lapangan itu lo!”
“Tak bantuin starter ya Mbak!” Pemuda itu menawariku
bantuan.
“Oh ya. Makasih Mas” Sambil ku serahkan motorku
padanya. Motorku di jagang tengah dan lalu di starter menggunakan starter
pancal. Alhasil, setelah berkali-kali mencoba dan mengeluarkan tenaga yang
tidak sedikit. Motorku telah bisa dihidupkan kembali. Tak lupa ku ucapkan
terimakasih banyak pada kedua pemuda yang sama sekali tak ku kenal itu.
“Makasih banyak yam mas.”
Air mulai turun membasahi bumi. Tik tik tik.. makin
lama makin banyak. 300 meter sebelum dirumah hujan mulai lebat. Dan aku pun
mulai memainkan gas motorku. Tetap harus berhati-hati karena jalan licin dan
Rifa ada di belakangku pula. Akhirnya sampai dirumah juga.
Ini adalah kali pertamanya motor mioku mogok.
Biasanya mogok karena kehabisan bensin. Kali ini pun juga karena kehabisan
bensin. Tapi ini berakibat lebih fatal.
Pagi ini bukan lagi pertama kalinya motorku rewel.
Aku benar-benar kesal dibuatnya. Satu minggu yang lalu ayah sudah tak suruh
nyervce motor mio itu. Tapi kenapa masih saja rewel kayak gitu.
Lama-lama tak suruh Jual saja motor itu. Nyebelin
banget sich! Mau ku starter pake kaki pun aku gak bisa jagang tengah, terlalu
berat. Gak seperti motor bebek biasa kalau double starternya mati, aku masih
bisa menstarter dengan kaki. Lebih mudah dan tentunya lebih hemat BBM pula.
Motor matik, selain boros service nya juga rumit, kata ayahku. Sebelumnya sudah
diperingatkan padaku masalah itu. Dan akhirnya terjadilah masalah semacam ini.
Tadi siang langsung aku sms Mas Iyan, member kabar
tentang keadaan motorku. Dia bilang akan datang ke Bojonegoro besok. Ya,
mungkin saja besok sore. Untung saja kuliahku libur. Kalau gak libur, mau
berangkat sama siapa aku ini? Teman-temanku bahkan sering berangkat telat. Hari
Kamis jadwal kuliahku jam setengah 11. Sedangkan pacarku berangkat kerja jam 8.
Ya, gak mungkin bisa di andalin untuk hari ini. Kalau Jum’at, Sabtu masih bisa.
Nah, berhubung gak kuliah, jadi tak perlu bantuan lah!
2 comments:
Waaaaa udah punya pacar to pacarmu sopo la.......
sabar ya mbak, saya pernah dorong2 motor dengan jarak kira2 3km karena ban motor kena paku, di tengah jalan ngomel2 ga karuan. tp setelah sampai rumah dan berfikir, mungkin Tuhan sengaja membuat ban motor saya kena paku, mungkin pada saat itu jika ban motor saya ga kena paku akan ada musibah yang lebih mengenaskan hihii. salam kenal mbak dari blogger pemula......
Post a Comment