Showing posts with label Cerita Lucu. Show all posts
Showing posts with label Cerita Lucu. Show all posts

Friday, April 18, 2014

Backpaker bersama Trinity dan The Naked Traveler

Jalan-jalan, siapa sih yang nggak suka? Menikmati tempat hiburan yang memikat dan menghibur. Sebagian besar dari kita pasti sangat mengukai liburan dan jalan-jalan. Terkadang bingung nyari referensi tempat yang asyik. Meskipun sudah googling di internet! Dan ternyata hasilnya sangat mengecewakan. Tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Penat dengan novel, akupun membaca sebuah buku tentang liburan. Awalnya gak begitu tertarik. Namun, ketika membaca beberapa cerita di dalamnya. Wow... sensasinya luar biasa mengasikkan. Rasanya seperti bisa menikmati liburan dan jalan-jalan meskipun lagi tiduran didalam kamar. Sebuah cerita perjalanan yang dirangkum apik oleh Trinity. Seorang backpacker wanita Indonesia yang suka keliling dunia.

Wednesday, April 2, 2014

CADO-CADO kuadrat, Obat Stress Paling Manjur


CADO-CADO kuadrat, Dokter Muda Serba Salah karya Ferdirivs Hamzah. Buku yang bisa menjadi teman bersantai anda. Berisi cerita-cerita lucu, tengil, dan obat antis stress. Mungkin kamu adalah salah satu orang yang benci rumah sakit. Muak dengan bau obat dan berbagai macam penyakit yang campur aduk didalamnya. Namun, di buku ini kamu bakal menemukan hal-hal yang nyeleneh yang mungkin tak pernah terpikirkan dalam otakmu.

Siapkan dirimu untuk ketawa ketika membaca buku ini. Banyak cerita menarik yang bisa kamu nikmati lhoo...

Ibu yang sedang menjalani persalinan itu saking terharunya melihat usaha kami sampe berteriak, “Doookk! Huf... Huf...Huf... Aduhhh... Huf... Huf...Huf... dorong... dorong, saya jadi pengen pup! ... Huf... Huf...Huf...”

Tuesday, December 18, 2012

Kejadian Paling Memalukan Saat Kencan Pertama




Pernahkah mengalami kejadian memalukan saat kencan? Jika ya, berarti kamu tidak sendiri. Karena menurut survey yang dilakukan Luke Pomaro, pendiri situs kencan online DateWithaMate.com. Ada 51 persen orang yang harus menganggung malu karena kesalahan sepele di kencan pertama.

Ada Sisa Makanan Menyelip Di Bagian Gigi Depan
Kejadian paling membuat malu adalah mendapati ada sisa makanan yang menyelip di gigi bagian depan. Ada 17 persen orang yang menganggap itu sebagai momen memalukan. Bisa dibayangkan, setelah bersenang-senang dan mengira semuanya berjalan lancar, lalu sesampainya di rumah kamu baru sadar ada sisa sayur atau cabai menempel pada gigi.

Pikiran pun jadi berkecamuk: 'apakah tadi aku tertawa terlalu lebar?', 'bagaimana kalau dia lihat?', 'kenapa dia tidak bilang kalau ada makanan menyelip di gigi?' Hal kecil memang, namun cukup membuat frustasi dan kepikiran semalaman.

Bertemu mantan kekasih di tengah-tengah kencan
Momen paling memalukan saat kencan di urutan kedua, adalah salah bertemu mantan kekasih di tengah-tengah kencan. Ada 15 persen orang yang berpendapat begitu.

Menumpahkan air ke baju pasangannya
Sementara itu di urutan ketiga, 14 persen responden mengaku momen kencan yang memalukan adalah menumpahkan air ke baju pasangannya.

Thursday, May 10, 2012

Mogok Menyebalkan


Menunggu Kereta Lewat
Tadi pagi, waktunya semua berangkat sekolah. Tiba-tiba datang tamu untuk PakDe. Seorang laki-laki setengah baya beserta seorang wanita muda mendatangi rumah. Belum ada jam 7 pagi mereka sudah mertamu di rumah orang. Sepertinya memang sedang ada kepentingan dengan PakDe. Tapi kepentingan mereka membuat PakDe gak bisa ngantar Rifa berangkat ke sekolah.
Aku yang sedang menelpon Mas Irul dikamar tiba-tiba dipanggil Ibuk. “Mbak, adik’e anter sekolah ya!?”
“Oh, iya Bude” Jawabku, dan langsung menghentikan pembicaraanku di telepon. Tak ku ganti baju. Hanya saja, ku pakai switer warna ungu. Tak ku kenakan jilbab, ku pikir hanya sebentar. Aku pun langsung mengambil kontak motorku yang bergantungkan souvenir dari Sanggar Guna. Aku pun mulai menstarter.

Thursday, May 3, 2012

Rujak Buah

Rujak Buah

Sudah lama aku mendesak teman-temanku di kantor Jengker untuk rujak’an. Mereka hanya meng’iyani tapi tak pernah ada tanggapan yang berarti dari penghuni kantor itu. Pukul 12.30 aku pergi menjemput Dedek yang masih ayik tertidur di atas kasur yang sama sekali tidak layak disebut kasur. Menunggu Dedek mandi tidak terlalu lama. Tapi menunggu dia memperbaiki sedikit masalah diwarnetnya membuat aku sangat bosan. Berkali-kali lagunya Petra Sihombing, Cinta Takkan Kemana-mana mengalun dari HPku sedikit mengenang seseorang.
Jam 1 aku berangkat dari warnetnya Dedek. Mas Aziz mengirim sms padaku. “Jd rjkan gk, soale bntr lg ank2 mau ftsl”. Aku menyuruh Dedek untuk agak cepat. Sembari mengetik balasan sms dari Mas Aziz “Ya, tp kan yo blnja dlu.”
Sesampainya di kantornya Jengker aku ku ucapkan salam “Assalamu’alaikum…” Langsung duduk di kursi plastik warna hijau “Mas Agus mana?” Jawaban entah dari mana muncul “Itu lo dikamar habis mandi.”
Ada salah satu orang yang masuk ke kamarnya Mas Agus berteriak-teriak, “Huwaaaaaa… Agus nie pake bedak kayak anak cewek, tebel banget.” Sambil tertawa… diikuti yang lain
“Mau ngerempong bareng Anang ya??” Seluruh kantor langsung dipenuhi gelegar tawa penghuninya.
Keluarlah mas Agus dari kamar dengan senyum sumringah membuat kedua pipinya memerah. Seperti habis makan daging Babi. Huhft… Kata-kata itu ditujukan Mukhsin untukku kemarin. Katanya Pipiku keliatan memerah seperti orang Cina habis makan daging babi.
Aku langsung menarik kaos Hitam berkerah merah yang di belakangnya bertuliskan STMIK Duta Bangsa Surakarta. “Mas,,, ayo rujak’an.” Dengan nada memanja. Xixixixi…
“Ayo lo” sambil tersenyum padaku.
“Kita belanja dulu ya!” Pintaku dengan nada merayu..
“Ayo…”
Kunci motor ku serahkan pada Mas Agus. Segera kita pergi ke pasar buah yang letaknya tak jauh dari kantor Jengker. Hanya beberapa gang dari Kantor. Nampak penjual buah-buahan masih sangat ramai. Tentu saja! Karena memang pasar Banjarejo itu terkenal dengan sebutan Pasar buah di Kota Bojonegoro. Meskipun Giant menawarkan berbagai harga yang cukup miring untuk buah-buahan. Tapi para penjual di pasar itu enggan untuk beralih profesi.
Mas Agus mengajakku masuk ke dalam pasar. Masih menaiki motor dan kita mengelilingi pasar. Mas Agus berhenti dan menyuruhku membeli gula Getok (Gula Merah) di salah satu toko. “Mau beli berapa mas?” Tanya ku pada Mas Agus.
“Satu atau dua sudah cukup kok” sambil memaikan jari-jari tangannya.
“Mana cukup satu atau dua saja??” Berfikir sebentar dan langsung ke putuskan
“Gula Getok nya sepempat berapa bu?” dalam bahasa Jawa kromo Aku menanyakan harga pada ibu penjual
“tiga ribu lima ratus” Si ibu penjual juga menjawabnya dalam Jawa Kromo.
“Ya bu, seperempat kilo saja. Emm… kira-kira kurang gak ya??”
“Buat rujak’an ya Mbak?”
“Iya bu!”
“Kalau Cuma untuk rujak’an, ini sudah bisa untuk membuat 3 cobek sambal rujak.”
“Oh, ya sudah bu itu saja kalau begitu.”
Uang lima ribu keserahkan ke ibu, dan diberinya aku kembalian seribu dengan uang koin lima ratus warna putih.
“Sepertinya sudah tidak ada timun atau krai lagi mas. Penjualnya sudah pada bubar kok. Pasarnya juga sudah sepi kan?!”
“Ya seadanya saja lah.” Mas Agus menjawab dengan sangat santai.
Kembali ku lewati para penjual buah. Ku liat beranekaragam buah dijajakan di kios-kios yang berjejer di sepanjang jalan. Beraneka ragam Buah jeruk, apel, semangka, melon, duku, dan mataku tertuju pada tumpukan buah segar yang gayanya seperti “Ratu” tentunya sangat enak dibuat rujak.
“Mas beli nanas gimana??”
Mas Agus langsung memarkirkan motor. Langsung ku tanyakan harganya pada ibu penjualnya. “Ini berapa bu?”
Si ibu tanpa pikir panjang langsung menjawab “dua ribu mbak!”
“tiga, 5 ribu ya bu.” Si ibu malah menunjuk pada keranjang di sebelahnya
“Kalau ini seribu lima ratus mbak.” Aku langsung menghampiri keranjang yang di tunjukkan si ibu.
“empat, lima ribu ya bu.” Si ibu malah tersenyum dan member jawaban yang sudah bisa ku tebak sebelumnya
“Gak boleh mbakk.”
Mas Agus di dekatku bilang “Ini 2, dan itu 1 jadinya pas 5 ribu kan.” Sambil menunjuk keranjang-keranjang isi buah nanas yang berbeda-beda.
Lalu ku ambil sesuai perintah Mas Agus sambil memilih buah yang bagus dan agak besar dari yang lain. Uang 10rb ku serahkan pada si ibu. Dan uang 5 ribu bisa langsung ku terima dari si ibu.
Dijalan aku bilang sama mas Agus “haruse tadi ditawar mas!”
Mas Agus hanya diam saja. Ah dasar cowok! Pasti gitu dech. Gak suka nawar dan paling mudah di bohongi penjual. Seperti halnya ayahku kalau beli buah. Sering ayahku di beri harga mahal bahkan juga pernah dicampuri buah yang busuk. Penjual yang tidak jujur ataukah si pembeli yang terlalu mudah di bodohi? Keduanya sebenarnya beda tipis.
Selanjutnya beli buah bengkuang. Kali ini aku juga malas menawar. Satu ikat buah bengkuang berukuran tidak terlalu kecil berisi 10 buah dihargai 5 ribu rupiah. Itu memang harga wajar. Meskpipun aku sebenarnya bisa menawar menjadi 4 ribu lima ratus atau bahkan 4 ribu saja. Uang seribu, bahkan lima ratus dalam kegiatan berbelanja itu sangat berharga lho. Coba kamu kalikan 500 x berapa banyak toko yang kamu hampiri. Kalau ada 10 toko. Uang 500 itu bisa jadi 5000. Terkesan pelit sebenarnya. Tapi kalau masalah berbelanja itu sangat wajar di kalangan ibu-ibu yang biasa belanja. Jangankan 500 rupiah. 100 rupiah pun sangat berarti bagi para penjual maupun pembeli di pasar tradisional.
Sampai di rumah aku harus menunggu anak-anak pulang futsal dulu. Jam 2 sampai jam 4. Waktu yang cukup lama jika dilakukan untuk menunggu. Sangat membosankan sekali. Aku hadapi notebook merah milik Wahib, dan menonton acara Uya Kuya di TV.
Acaranya lucu banget! Menghipnotis satu kelompok sahabat. Dan ternyata mereka mengalami masalah cinta yang menyebabkan keretakan hubungan pada persahabatan mereka. Itu sering terjadi sebenarnya. Tapi jarang terungkap. Sebuah persabahatan akan hancur jika sudah dicampuri masalah asmara. Sangat benar sekali.
Jam 4 lebih orang-orang baru pada balik ke kantor. Aku bergegas untuk sholat ashar dulu. Selesai sholat langsung ku tarik Mas Agus dari kusrinya.
“Ayo buat rujak mass…”
“Ya, ayo donk. Ambil buahnya di depan.”
Semua bahan sudah ada di depan kita berdua. Mas Agus mengupas kulit bengkuang dan aku pun ikut membantunya. Dia tak suruh mengupas kulit buah sang ratu Nanas.
“Ini kalau kita Cuma berdua pegel mas, mengupas segini banyaknya.”
Aku mengengok di ruang tengah. Lalu berteriak “ssttt… sstt… ayo bantuin ngupas donk.”
Mas Aziz dan Wahib memandangi ku bersama-sama. Tapi yang datang menghampiriku adalah Wahib. Sambil mengatakan “Ada apa??”
“Ayo donk bantuin aku ngupasin buah-buahan ini.”
Bukannya langsung mengambil pisau malah langsung mencomot kupasan buah di piring..
“Eh, tanganmu kotor. Cuci tangan dulu sana! Ini lo cuci tangan di gayung.” Ku tunjukan gayung warna pink yang berisi air bersih untuk mencuci tangannya.
“Ayo bantuin ngupas donk!”
“ya ya” Jawaban yang sangat santai keluar dari mulutnya.
Sudah cukup banyak buah yang terkupas. Mas Agus mengambil segenggam cabai yang warnanya orange dan menaruhnya di cobek. Jumlah tidak sempat ku hitung, sepertinya ada 10 buah lebih. Hadehhh,,, banyak amat ya?
“Kok banyak amat cabe nya mas?? Aku gak pernah makan rujak dengan cabai sebanyak itu sebelumnya.”
Mas Agus siap mengulek campuran cabai dan gula merah di dalam cobek. Satu buah gula merah sudah lembut dalam ulekan tangan Mas Agus. Ditambahkan sedikit air matang di ulekannya.
“Aku gak mau kalau sambalnya encer! Tambahi lagi gulanya, pokoknya sampai sambalnya kental.” Ucapanku sambil teriak-teriak.
Aku, Mas Agus dan Wahib yang pertama-tama mencolekkan buah-buahan di sambal dalam cobek.
“Biarin aja mas, kita puas-puasin dulu ya.”
Pernyataanku disetujui dengan anggukan Mas Agus dan Wahib. Tiba-tiba Mas Lusiono dan Irul blak-blakan yang selesai mandi ikutan mencomot rujak.
“Aduh,,,pedesnya… kringatku pada keluar semua nich… huwahh… huwahhh…hah…hah…hah..”
“Oh yes … Oh yes” Mas Agus malah mengeluarkan suara yang aneh.
Keringat bercucuran di seluruh permukaan tubuh. Suara bibir kepedesan juga semakin menghebat.
“Huwahh… huwahhh… lidahku rasanya seperti terbakar.. hah.. hah…” Aku mulai mengeluh. Tapi tetap dalam perasaan yang pengen lagi.. dan pengen lagi. Pedes itu selalu bikin ketagihan!
Irisan buah nanasnya sudah habis. Dan orang-orang baru pada di panggili satu dan per satu berdatangan.
“Kok Cuma tinggal bengkuang sich?? Nanasnya Mana?” Semuanya heran kenapa tinggal bengkuang yang ada di piring. Aku hanya tersenyum merasa tak bersalah dan malah bilang.
“Itu lo dihabisin Anang!” Padahal dari tadi Anang tak ada bersama ku ketika membuat rujak. Meskipun hanya tinggal bengkoang. Orang-orang itu semangat sekali menghadapi sambal rujak yang dipenuhi biji cabe di cobek.
“Huwahhh… Hah… hah…”
Keringet bercucuran keluar dari seluruh penjuru kulit. Makin mantab nie rujak. Kecut kecut seger ya… Campur parfum alami. Xixixixixi…..

Saturday, March 31, 2012

Pantangan Perawan Jawa


Wanita Jawa
Sore ini tak ada sesuatu yang aku lakukan selain bercengkrama dengan buku. Sebuah Buku mungil terdiri dari 74 halaman dipinjamkan oleh mas Awe tadi siang. Buku kecil itu berjudul “Menggebrak Dunia mengarang”. Eka budianta nama pengarangnya. Di lihat dari namanya, aku mengira dia bukan orang Jawa. Setahuku, orang jawa lebih suka namanya menggunakan “O” sebagai vokal sebual nama. Mungkin seharusnya namanya “Eko Budianto”. Karena penasaran, aku pun membaca auto biografi di halaman akhir buku itu. Ternyata dugaanku benar-benar meleset. Dia bahkan pernah menjadi guru Bahasa Jawa. Meskipun tidak disebutkan dimana tempat kelahirannya, mungkin saja dugaanku benar. Daritadi sepertinya aku hanya menduga-duga?! Seharusnya aku tak perlu membahas masalah nama pengarang itu.
Kali ini aku sedang duduk diatas keramik berwarna coklat dengan motif bunga menghias tengahnya. Sebagai seorang anak perawan, yang sedang ku lakukan tidak baik menurut orang Jawa. Aku duduk tepat di pintu rumah. Aku pernah dimarahi penjaga perpustakaan di SMK ku dulu gara-gara hal itu. Katanya begini, “Mbak, anak perawan tidak baik duduk di pintu seperti itu!”. Aku pun menjawab, ”Oh iya Bu. Maaf”. Ibu itu bernama Bu Wiwik. Beliau benar-benar masih menjunjung tinggi adat orang Jawa. Kalau mau duduk sebaiknya jangan di ambang pintu. Duduk didalam rumah atau sedikit maju ke

Saturday, March 24, 2012