Saturday, March 31, 2012

Pantangan Perawan Jawa


Wanita Jawa
Sore ini tak ada sesuatu yang aku lakukan selain bercengkrama dengan buku. Sebuah Buku mungil terdiri dari 74 halaman dipinjamkan oleh mas Awe tadi siang. Buku kecil itu berjudul “Menggebrak Dunia mengarang”. Eka budianta nama pengarangnya. Di lihat dari namanya, aku mengira dia bukan orang Jawa. Setahuku, orang jawa lebih suka namanya menggunakan “O” sebagai vokal sebual nama. Mungkin seharusnya namanya “Eko Budianto”. Karena penasaran, aku pun membaca auto biografi di halaman akhir buku itu. Ternyata dugaanku benar-benar meleset. Dia bahkan pernah menjadi guru Bahasa Jawa. Meskipun tidak disebutkan dimana tempat kelahirannya, mungkin saja dugaanku benar. Daritadi sepertinya aku hanya menduga-duga?! Seharusnya aku tak perlu membahas masalah nama pengarang itu.
Kali ini aku sedang duduk diatas keramik berwarna coklat dengan motif bunga menghias tengahnya. Sebagai seorang anak perawan, yang sedang ku lakukan tidak baik menurut orang Jawa. Aku duduk tepat di pintu rumah. Aku pernah dimarahi penjaga perpustakaan di SMK ku dulu gara-gara hal itu. Katanya begini, “Mbak, anak perawan tidak baik duduk di pintu seperti itu!”. Aku pun menjawab, ”Oh iya Bu. Maaf”. Ibu itu bernama Bu Wiwik. Beliau benar-benar masih menjunjung tinggi adat orang Jawa. Kalau mau duduk sebaiknya jangan di ambang pintu. Duduk didalam rumah atau sedikit maju ke
serambi depan sangatlah dianjurkan. Menurutku orang Jawa itu benar-benar riber dan banyak aturan. Katika aku kecil aku sering dibarahi Mama kalau berada di ambang pintu ketika hujan deras. Mama bilang, nanti aku bisa kesambar petir. Aku ya nurut aja! Sampai sekarang pun aku masih takut berada di pintu waktu hujan deras. Kalau duduk dipintu seperti yang kulakukan saat ini dilarang Bu Wiwik. Sekali lagi, karena menjunjung tinggi adat Jawa. Tapi setelah di pikir-pikir apa yang ku lakukan saat ini memang bukan hal yang baik. Bukan hanya anak perawan yang tidak boleh melakukannya. Namun, baik anak-anak, bapak-bapak, ibu-ibu, tante-tante, om-om, kakek-kakek, nenek-nenek, orang kaya, orang miskin, bahkan orang gila sekalipun tak boleh melakukannya.
Pintu adalah tempat masuk dan keluarnya seseorang dari sebuah rumah maupun bangunan-bangunan yang berpintu. Kalau saya, anda, atau kalian berada duduk ataupun hanya sekedar berdiri maka akan ada banyak orang yang menengurnya. Kalau mau masuk rumah, masuk ruangan, akan sangat terganggu karena keberadaan seseorang yang meghalangi jalan.
Aku yang daritadi masih terpaku dengan buku yang ku baca sama sekali tak memperhatikan orang lewat. Tiba-tiba ada seorang laki-laki bersepeda dengan rambut plontos dan kaus warna Biru dongker lewat depan rumah. Dia berceloteh, “Baca buku kayak orang pinter saja!”. Aku yang masih asyik membaca, mau tidak mau harus melempar pandangan pada wajah yang sama sekali tidak tampan menurutku. Dia bahkan melawalfalkan kata-katanya itu dengan sangat tidak fasih. Mungkin karena kaget melihat wajahku yang terlalu cantik memikat lalu bicaranya jadi gak jelas. Hahahahaha… Tapi lucu juga sich ekspresinya. Ada sesuatu yang hampir membuat jantungku copot. Ketika lagi asyik-asyiknya membaca. Ehh,,, tiba-tiba ada yang lewat tepat didepanku. Berlari cepat dan kencang. Sungguh sangat kencang. Dengan tubuh yang gendut dia masih mampu berlari dengan kencang. Kaki-kaki kecil itu mampu membawa tubuhnya yang gendut. Bahkan besarnya kira-kira melebihan besar telapak kakiku. Telapak kakiku kan gak gede-gede amat. Gue bukan raksasa kale….

2 comments:

Trica Jus said...

artikel yang sangat bermanfaat sekali buat di simak

Unknown said...

tks Trica