Nonton Film |
Sepulang dari kantor Koperasi KSP Setya Bakti. Aku bergegas menuju sanggar guna. Tanpa menjemput Dedek. Ku kira Dedek pergi bersama Mas Djuna. Sesampainya di Sanggar Guna sudah ada Mas Doni bersama kawan-kawan. Ternyata Mas Djuna belum datang. Mungkin gak datang. Sudah lama dia tak menampakkan diri di Sanggar Guna.
Aku duduk disamping Mas Doni. Dia malah memberi pertanyaan padaku yang baru datang. “Dedek tidak kamu ampiri?”.
“Nggak. Tak kira udah ada disini sama Mas Djuna.”
Ini gara-gara habis ngelamar kerja tadi. Efeknya masih kebawa sampai ke Sanggar Guna. Tadi pagi Pukul 05:54:30 Mas Annas mengirimkan pesan singkat kepadaku, dan pastinya juga untuk semua teman-teman. Yang isinya begini ;
“Kawan2 pagi ini kita nonton film ya, judulnya Surat Kecil untuk Tuhan…”
Tulisannya seperti itu, bahkan tanda baca dan besar kecilnya huruf ku tuliskan seperti aslinya.
Film telah diputar 5 menit sebelum kedatanganku. Sedikit kecewa sich. Tapi tak apa lah! Awalnya aku sedikit heran. Kenapa filmnya tidak seperti yang aku pikirkan. Sebenarnya juga tidak seperti yang aku harapkan.
Aku pernah membaca bukunya “Surat Kecil untuk Tuhan”. Dan aku sempat melihat sedikit cuplikan filmnya di internet. Seorang gadis cantik bernama Keke yang bertahan hidup melawan kanker ganas. Kalau yang kita tonton judulnya sebenarnya juga sama “Surat Kecil untuk Tuhan”. Hanya bahasanya saja yang berbeda “Letter to God”.
Film “Letter to God” punya inti cerita yang hampir sama dengan “Surat Kecil untuk Tuhan” menurut sepengetahuanku. Menceritakan tentang seorang anak yang berjuang hidup melawan kanker. Pemeran utama Film “Letter to God” adalah seorang anak laki-laki yang bernama “Tyler”.
Aku sering terbawa perasaan ketika menonton film atau bahkan hanya dengan membaca buku. Itu juga yang ku alami ketika aku menonton “Letter to God”. Meskipun menonton bersama-sama tetap saja aku terbawa perasaan oleh Film yang ku tonton. Mataku sudah mulai berair ketika melihat Tyler mulai tak sadarkan diri dan di fonis dokter tidak bisa sembuh. Sungguh sangat menyakitkan hati orang-orang terdekatnya, khusunya ibunya.
Aku mencoba untuk tidak focus menonton film. Supaya aku tidak meneteskan air mata. Bisa-bisa aku jadi bahan tertawaan penghuni sanggar guna. Apalagi ada peserta baru dari SMPN 2 Bojonegoro. Film yang kita tonton menggunkan Bahasa Inggris. Tak ada terjemahannya. Tulisan yang nampak di layar juga menggunkan Bahasa Inggris. Meskipun aku orangnya gak pinter-pinter amat bahasa inggrisnya. Aku masih bisa sedikit memahami kata-kata dalam di film itu.
Satu jam filmnya sudah selesai di putar. Akhirnya Mas Annas memberikan sedikit cerita tentang dampak penggunaan internet di kalangan masyarakat. Bahkan itu pun dirasakan Mas Annas. “Tadi pagi saya sempat membaca sebuah buku dan salah satu judulunya itu “Internet Membuat Dangkal Pikiran Kita”
Kehadiran Internet memang sangat memudahkan kita untuk saling berbagi informasi. Tapi sadarkah kamu, jika Internet telah membuat kita menjadi malas. Menjadikan otak kita manja. Karena kita diberi kemudahan mendapatkan apa saja yang kita inginkan. Membuat kita menjadi malas membaca.
“Dulu Saya suka membaca buku. Bahkan buku yang tebal-tebal sudah biasa saya baca. Tapi semenjak adanya internet saya menjadi malas untuk membaca buku. Ketika saya sedang menganggur atau menunggu berita di kantor biasanya saya suka membaca buku. Tapi semenjak adanya internet, saya melupakan kebiasaan saya itu. Menggantinya dengan duduk manis di depan komputer. Browsing internet, buka Facebook, twitter, yahoo messager, koprol, dan lain sebaginya” Ungkapan hati mas Nanang disertai mimik wajah yang terlihat kecewa pada dirinya sendiri.
“Saya tidak bilang internet itu buruk. Internet itu memang penting. Namun, tidak ada salahnya untuk kita membatasi penggunaan internet sehingga kita tidak menjadi orang yang malas dan serba instan.” Kata-kata itu ditunjukkan untuk diri Mas Nanang sendiri serta diri kami semua yang menjadi pendengar setia.
“Memang sekarang sudah ada semacam e-book di internet. Membaca di Layar Monitor membuat mata kita akan cepat lelah. Serta kita juga menjadi cepat bosan. Kita tidak akan fokus pada bacaan yang kita hadapi. Kita merasa cepat bosan, dan malah membuka situs internet seperti facebook dan twitter yang lebih mengasyikkan.”
Kita yang mendengarkan ikut terhipnotis oleh kata-kata Mas Annas. Sedikit merasa bersalah pada diri sendiri. Memang selama ini aku juga sudah dibuat kecanduan oleh internet. Apalagi setiap hari hidupku selalu bertemu dengannya. Internet adalah bagian dari hidupku. Dan aku pun tak bisa hidup tanpa buku. Meskpun hanya buku pinjeman sich. Hehehehe….
“Jadikanlah menulis menjadi cara kita hidup. Orang menulis itu selalu berfikir otaknya. Otak jika digunakan berfikir membuat sel-sel otak yang rusak itu hilang dan digantikan oleh sel otak yang baru. Menulis membuat kita bisa bertahan hidup. Seperti Umar Kayam, yang hidupnya sampai usia 70’an, Pramodya Ananta Toer sampai usia 80 tahun.”
Acara Minggu 8 April 2012 ditutup dengan ucapan Wassalamu’alaikum Wr. Wb oleh mas Annas. Sebelum aku meninggalkan sanggar guna. Beberapa menit aku berbincang dengan Mas Bambang. Dan menyampaikan perasaan sedihku pada Mas Annas tentang ketidaksukaannya mama kalau aku membaca buku. Perbincangan itu harus segera berakhir karena aku juga harus pergi ke acara yang lain.
2 comments:
hmmm... aku belum liat filmnya, kayaknya dulu pernah baca novelnya tapi gak tamat juga :D #payah
aku sich kalau novelnya sudah khatam mbakk
Post a Comment