Monday, January 30, 2012

Mencari Inspirasi Di Kebun Belimbing #KelasMenulis

Belimbing Bojonegoro
Kelas Menulis kali ini diadakan disebuah tempat yang berbeda dari yang sebelumnya. Minggu, 29 Januari 2012 sekitar pukul 9 pagi para peserta kelas menulis telah berkumpul di sanggar guna untuk berangkat ke sebuah tempat yang tak jauh dari kota Bojonegoro. Ketika Aylla dan teman-teman dari Blogger Bojonegoro menuju ke Sanggar Guna, ternyata para peserta telah berangkat menggunakan mobil-mobil yang telah disediakan panitia. Dan ternyata mas Fadli dan Mbak Mytha masih berada di depan sanggar guna, mereka sengaja tertinggal karena anggota Blogger Bojonegoro belum pada datang. Akhirnya kita menyusul menggunakan sepeda motor. Aylla dibonceng Dedek, Mas Arif sama Mas Fadly, Mbak Lely sama Mas Didik, sedangkan Mbak Mytha sama temannya. Kita berangkat bersama-sama mengendarai sepeda motor menuju Desa Ringinrejo.

Sampai di Kebun Belimbing kita segera menuju ke salah satu kebun milik Bp.
Suwoto. Disana kita menikmati pemandangan pohon-pohon belimbing yang sebagian sudah memiliki buah yang cukup besar dan tua. Disetiap sudut yang terlihat hanyalah pohon dengan buah belimbing yang terbungkus plastik. Kebun yang luasnya kurang lebih 19,3 Hektar itu telah ditanami sekitar 500 pohon. Dan setiap pohon rata-rata bisa berbuah sampai 70kg pada setiap musim panen. Setiap tahunnya bisa panen sampai 3x panen. Jadi bisa dihitung sendiri kan, kira-kira berapa kg yang dihasilkan di setiap tahunnya!
Mengenal sejarah Belimbing Ringinrejo
Bp. Suwito menceritakan sejarah tentang Kebun Belimbing yang ada di Desa Ringinrejo kepada kami. Jadi begini, awalnya adalah ketika Mbah Sunyoto dan Mbah Nur pergi ke Desa Siwalan, disana beliau terinspirasi oleh seseorang yang memiliki kebun Belimbing dan hasiknya bisa sampai digunakan untuk pergi Haji. Dari situlah, Mbah Sunyoto dan Mbah Nur menanam pohon belimbing di kebun milik mereka. Pada tahun 1984, kebun tersebut adalah kebun yang ditanami polowijo, seperti jagung, singkong, dan lain-lain. Awalnya para petani tidak ada yang perduli dengan apa yang dilakukan oleh Mbah Nur dan Mbah Sunyoto, karena untuk mendapatkan hasil dari pohon belimbing sampai berbuah dibutuhkan waktu yang sangat lama. Sehingga para petani enggan untuk ikut mencoba menanam pohon belimbing tersebut. Setelah sekitar 10 tahun, pohon-pohon yang sudah ditanam pun mulai menuai hasil. Setelah melihat hasil dari kebun milik mbah Sunyoto dan mbah Nur, para petani pun mulai meniru jejak mereka untuk menanam pohon belimbing di kebun mereka. Semakin lama semakin banyak yang memilih menanam pohon belimbing di kebun mereka karena melihat hasil dari panen di kebun belimbingnya Mbah Sunyoto dan Mbah Nur tersebut.
Pada awalnya penanaman pohon belimbing menggunakan biji buah belimbing yang dikeringkan dalam suhu kamar. Namun lama-kelamaan pohon belimbing yang ada di lakukan okulasi/tanam temple menggunakan pohon yang  lebih baik. Jadi, pohon lokal di batangnya di okulasi dengan pohon belimbing yang berkualitas baik. Awalnya dari pohon lokal tersebut menghasilkan buah belimbing yang tidak terlalu besar. Tapi, setelah di lakukan okulasi dengan pohon yang lebih baik kualitasnya sehingga menghasilkan buah belimbing yang besar dan segar seperti yang sekarang bisa kita nikmati.
Belajar Okulasi dengan Pak Suwoto
Seperti halnya tanaman lainnya, pohon belimbing juga tak luput dari serangan hama. Hama yang paling sering menyerang adalah ulat bunga. Untuk menangulangi serangan hama, para petani menggunaka pestisida nabati. Untuk menjaga supaya buah yang dihasilkan tetap bebas dari pestisida. Pestisida digunakan jika hanya pada keadaan yang mendesak, seperti ketika hama ulat bunga tersebut semakin banyak dan tak terkendali. Pupuk yang digunakan untuk merawat pohon belimbing adalah pupuk organik yang diambil langsung dari kotoran hewan peliharaan para petani. Penjarangan harus sering dilakukan supaya buah yang dihasilkan maksimal dan tetap segar. Daun dari penjarangan dimanfaatkan sebagai pakan kambing. Setelah buah berusia 3 Minggu, semua buah di bungkus dengan plastik supaya tidak dimakan codot.
Musibah terbesar terjadi pada tahun 2007. Terjadi banjir besar yang membuat kebun belimbing tergenang air sampai 8 hari yang membuat pohon belimbing tidak dapat panen sampai satu tahun. Pohon belimbing tidak bisa berbuah dengan sempuran jika kekurangan air. Begitupun sebaliknya, pohon belimbing tidak bisa berbuah segar jika pohonnya mendapatkan terlalu banyak air.
Sekarang ini, desa Ringinrejo di kenal dengan sebutan kampung belimbing karena disetiap rumah di desa tersebut terdapat minimal 2 buah pohon belimbung yang ditanam. Bahkan peraturan untuk menanam pohon belimbing itu terdapat pada Perdes/peraturan desa. Sehingga membuat Desa Ringinrejo sangat dikenal karena Belimbingnya. Bahkan belimbing hasil dari kebun tersebut sudah dikirim ke berbagai kota, seperti kota Semarang, Rembang, Lamongan, dan Kota Bojonegoro sendiri. Untuk setiap Kilonya harganya bervariasi dari Rp. 5000,- sampai Rp. 8.000,- per Kilonya tergantung dari ukuran dan kualitas masing-masing.

3 comments:

Unknown said...

test

Unknown said...

kayaknya kali ini lebih menyenangkan :)

Unknown said...

iya mbakk!! seru bangettt